Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJAK tamat sekolah menengah atas, sutradara Joko Anwar tak pernah lagi ikut upacara bendera. Buat Joko, upacara hanyalah acara seremonial. "Itu bunga-bunga saja," kata Joko, 43 tahun, Jumat pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi bukan berarti ia tak pernah menganggap upacara itu penting. Joko pernah menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka pada 1991, saat ia duduk di kelas II SMA, mewakili Sumatera Utara. Ia dikarantina di Jakarta bersama perwakilan dari 26 provinsi lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengalaman inilah yang paling berkesan baginya karena ia bisa?bertemu dengan banyak teman yang memiliki beragam karakter.?"Dulu, zaman belum ada media sosial, kan susah bertemu dengan orang dari daerah-daerah lain seperti ini," ujar sutradara film?Pengabdi Setan?itu.
Ia terpilih masuk Pasukan 17, yang mengiringi pasukan pembawa bendera dalam upacara pengibaran bendera. Saat upacara, ia deg-degan melihat Presiden Soeharto berdiri di hadapannya. Kini, ia tak percaya lagi terhadap acara seremonial semacam itu. Ia memilih menghargai bangsa dengan berkontribusi lewat karya dan ilmu, serta kritik jika pemerintah salah. "Saya lebih percaya sumbangsih nyata," kata Joko, yang?film terbarunya, A Mother’s Love, masuk seleksi Toronto International Film Festival 2018.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo