Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ORANG boleh mencak-mencak. Orang boleh tersinggung atau gundah. Atau mungkin menganggapnya biasa saja. Yakni, melihat dan mendengar petualangan Dewi di berbagai negara yang selalu membawa-bawa nama Soekarno, presiden Republik Indonesia yang pertama. Nyatanya memang begitu, ia janda Bung Karno, dan kolega-koleganya di berbagai benua selalu menyebutnya Madame Soekarno -- tak pernah Nyonya Dewi. Barangkali yang membuat banyak orang "kurang enak" adalah sang Madame ini selalu muncul dalam berita (baik lisan maupun tulis) mengenai foya-foyanya, pesta glamornya, dan kehidupannya yang mahamewah untuk ukuran bangsa yang diproklamasikan suaminya, bangsa yang kini tengah membangun. Kita kurang tahu -- juga karena tidak diberi tahu -- adakah kegiatan Dewi yang di luar itu. Dan tiba-tiba, sebuah "kasus kecil" terjadi. Dewi bertengkar dan lalu mencederai temannya sendiri, Victoria Marie Osmena. "Kasus kecil" ini bukan lagi berita kecil, karena di situ terlibat janda bekas presiden RI dan cucu seorang bekas presiden Filipina. Bahkan Osmena sendiri -- selain kaya dan cantik -- masih aktif dalam pergerakan politik di negerinya. Kasus ini disidangkan Senin kemarin di Aspen, AS. Osmena menuntut US$ 10 juta. Dewi balik menuntut -- istilah di AS mengajukan petisi -- lewat pengacara beken Barry Slotnick, yang reputasinya konon tak terkalahkan dalam 12 tahun belakangan ini. Itulah yang kami angkat di bagian awal laporan utama ini, selain memberi informasi kepada pembaca "generasi kini" siapa dan bagaimana kehidupan Dewi. Tentang kasus Aspen itu sendiri, sebagaimana layaknya dua orang yang berperkara, tentu masing- masing tak mau kalah atau mengalah. Maka, kami memberi halaman yang sama untuk Osmena dan Dewi berbicara. Di bagian kedua, kami sajikan hubungan Dewi dengan Bung Karno. Perjumpaannya, sekelumit liku cintanya, juga posisi Dewi di mata keluarga Bung Karno. Sebagai penutup adalah cerita yang paling sulit, padahal di sinilah orang bertanyatanya: apa sih bisnis Dewi sehingga ia bisa terbang ke Paris, mampir di Spanyol, menclok di Swiss, hinggap di New York .... Sulit, karena Dewi merahasiakan bisnisnya, sedang jika kami memperoleh informasi dari pihak ketiga, tak mudah dikonfirmasi. Kesan kami, banyak orang yang tahu Dewi, tapi tak banyak yang mau bicara, apalagi namanya dikutip sebagai sumber. Putu Setia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo