ATLET nasional loncat tinggi, Soewignyo, 28, yang dipersiapkan memperkuat Kontingen PON XI Jawa Timur, mengurangi porsi latihannya, dari dua kali sehari menjadi dua hari sekali. "Saya putus asa, karena tak dapat babi hutan lagi," kataya kepada TEMPO, pekan lalu. Apa hubungan latihan dengan babi? Ternyata, hidup Soewignyo, sopir camat Tapen, Bondowoso, dengan penghasilan "di bawah dua puluh ribu rupiah" itu sangat memprihatinkan. Dengan uang itu, ia harus menyiapkan makanan bergizi bagi dirinya, juga segala keperluan istri dan kedua anaknya. "Jadi, mustahil saya bisa membeli daging. Dari mana uangnya? Karena itu, saya berburu," katanya memelas. Tak hanya babi hutan, tapi ular juga diburu Soewignyo untuk dimakan. "Cuma, ular di sini kurus-kurus, sehingga kurang bergizi," katanya. Soewignyo mengatakan, sebenarnya ia masih ingin menyumbangkan medali emas buat Jawa Timur. "Kalau stamina saya cukup baik, saya yakin bisa memecahkan rekor nasional," katanya. Pada latihan terakhir, di pekarangan rumahnya, Soewignyo masih mampu meloncat setinggi 1.99 cm (2 cm di bawah rekor naslonal yang dipegang Widiana dari Bali) tanpa mengerahkan segenap kekuatannya. Siapa mau membantu Soewignyo?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini