J ANGAN keburu curiga kalau kebetulan melihat Lola Amaria berbaur dengan para wanita penghibur di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Ia melakukan itu agar makin ciamik melakoni peran Tinung dalam film layar lebar Cabaukan. Film yang diangkat dari novel Remy Sylado ini sudah memulai pengambilan gambarnya pertengahan Februari ini. Dalam cerita, Tinung dikisahkan pernah menjadi pelacur di Kalijodo pada zaman Belanda. Lo, apa pengamatannya tidak keliru alamat? "Suasana hati pelacur pada setiap zaman sama. Itu yang saya pelajari," kata Lola, 23 tahun.
Lola memang tak perlu "guru" khusus untuk mempelajari seluk-beluk pelacuran. Untuk tahu banyak, ia cukup melakukan beberapa wawancara dengan para wanita tadi. Bekal Lola bukan cuma itu. Ia harus tekun menyimak buku-buku tentang penyakit kelamin. Dialek Betawi kuno pun dipelajarinya secara serius. Yang paling berkesan adalah ketika ia harus berlatih alat musik Cina tradisional macam teyhan dan menari cokek. "Tari tersebut harus dibawakan dengan sikap genit alami. Padahal, saya merasa termasuk orang yang enggak bisa bersikap genit," ujar Lola.
Sekalipun kewajiban yang mesti dilakoninya bertumpuk, Lola mengaku sangat senang bisa terlibat dalam film ini. Honor juga menjadi persoalan kesekian bagi gadis yang baru saja membintangi film layar lebar Dokuritsu produksi Jepang ini. Kok, begitu? "Nanti, kalau kemampuan saya sudah teruji, siapa pun berani bayar mahal," kata Lola, yang berhasrat kelak menjadi sutradara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini