HATI-HATI kalau bertemu dengan seseorang yang mengenakan pici
merah, ikat pinggang tentara (koppelriem) dan sepatu merek
Kickers yang tampaknya sudah kehilangan warna. Apalagi kalau
orang tersebut berada di sekitar daerah Sumatera Timur. Eh,
siapa tahu, dia itu adalah Tambunan, Gubernur Sumatera Utara.
Hal ini pernah terjadi di desa Gaja Pokki, Simalungun, tanggal 3
Pebruari yang lalu. Hari itu, pagi jam 10.00, ada upacara Pekan
Penghijauan Nasional ke-XVIII se Sumatera Utara. Beberapa hari
sebelumnya, penduduk setempat sibuk menyiapkan upacara ini yang
juga akan dihadiri oleh Gubernur Tambunan. Tari-tarian,
diupah-upah (upacara penaburan beras) dan upacara adat lainnya
untuk melengkapi Pekan Penghijauan itu sudah matang dilatih.
"Dan dia nongol begitu mendadak," kata Silalahi, Bupati
Simalungun. Sambil menggelengkan kepala dan menggaruk-garuk
rambutnya, Silalahi berkata lagi: "Hari baru jam 9.00, sementara
personil-personil yang akan menyambutnya masih ada yang
duduk-duduk santai dan berkeliaran entah ke mana." Rupanya,
Tambunan memang senang mempercepat suatu acara. Pagi itu, sempat
pula dia menegur Silalahi. "Acara seperti ini, tak perlu
pentas-pentas segala," ujar Tambunan, "cukup kalau kita duduk di
tikar atau di bambu sama dengan penduduk yang berpanas-panas
itu. Juga mimbar tempat pidato, tak perlu."
Di lain kesempatan, Tambunan bahkan pernah ikut makan sirih
ketika dia berbincang-bincang dengan sekelompok inang yang
sedang makan sirih. "Sirih ini mengawetkan gigi," ujar Tambunan,
"juga obat untuk darah tinggi dan sakit jantung." Tak berapa
lama, bibir dan gigi Gubernur jadi merah. Turut makan sirih
pulalah dia. Melihat hal ini, sebagian penduduk kemudian
berteriak" Horas Pak Tambunan!"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini