Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Malam chairil anwar

Pelukis, 77, menganggap chairil anwar, penyair, sebagai adiknya dan menceritakan saat-saat terakhir bersama sang penyair chairil anwar pada acara malam chairil anwar. (pt)

9 Juni 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PELUKIS Affandi, 77, menganggap penyair Chairil Anwar sebagai "adik saya sendiri". Dalam acara "Malam Chairil Anwar" yang diselenggarakan Teater Alam di Purna Budava, Yogyakarta, Senin pekan lalu, Affandi menceritakan saat-saat terakhir bersama sang penyair. Tak lama setelah Chairil menulis sajak "Kepada Affandi", maka pelukis ini ganti melukis wajah Chairil. Penyair itu dilukis dalam posisi sedang mengacungkan tangan. "Saya hubungkan dengan sajaknya, yang ada binatang Jalang itu," tutur Affandi. Di latar belakang wajah penyair dilukis kuda yang lagi mengamuk, awut-awutan. Melihat itu, Chairil ternyata tidak puas. Ia ingin di latar belakang lukisannya ada gambar yang menarik. Affandi tak kehilangan akal. "Istri saya, Maryati, saya suruh tiduran dan saya lukis pahanya. Ketika itu istri saya masih montok dan mulus," kata Affandi - sementara istrinya, Maryati, yang sama keriputnya dengan si pelukis, terkekeh-kekeh. Sialnya, kata Affandi lagi, lukisan itu tak jadi-jadi. Malam hari, 28 April 1949, Affandi menerima berita kematian penyair itu. "Setelah menerima berita kematian itu, malam itu juga saya selesaikan lukisan itu, semalam suntuk," ujar Affandi. Lukisan itu kini menjadi koleksi keluarga Sutan Syahrir, Perdana Menteri RI pertama. Pada peringatan "Malam Chairil Anwar" itu tampak hadir 12 penyair. Satu di antaranya Hajjah Sitoresmi Prabuningrat. Dua sahabat Chairil yang lain, Pelukis Handrio dan Nasjah Djamin, turut menyampaikan kesannya tentafg sang penyair. Kini Affandi berniat membantu pemugaran makam "adiknya" itu. Salah satu lukisannya yang terjual dalam pameran di TIM nanti (9-16 Juli) "Akan saya sumbangkan untuk pemugaran makam Chairil Anwar," katanya. Entah mau diapakan lagi makam si "adik" itu, sebab kubur di karet itu agaknya sudah cukup memadai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus