"NAH, inilah! Saya kaget menerima pemberitahuan dari KASAD, 1
Juni nanti saya sudah MPP. Saya merasa masih muda dan kuat!",
kata Sukaarmen, Gubernur Bali. Tanggal 28 Juli nanti dia harus
menyerahkan jabatan yang telah diembannya selama 11 tahun.
Umurnya baru 53 tahun -- ia kelahiran Kesamben, Blitar. "Di
Bali, saya tidak punya apa-apa. Saya juga tidak punya keahlian
apa-apa, selain jadi prajurit. Dan saya menetapkan untuk tinggal
di Malang. Udaranya sejuk, tidak ramai tidak sepi, ada
universitasnya, dan menghabiskan hari tua di kampung sendiri
mungkin lebih baik."
Sukarmen tamatan HIS. Niatnya ingin jadi ahli teknik. Tapi
ketika kursus sekolah tehnik ia tidak berhasil lulus. Tahun 1944
memulai kariernya sebagai militer dan masuk Gyugun Budancho. Di
masa revolusi dia bergerilya di Pasuruan, Malang, dan pernah
seperjoangan dengan Laksamana Sudomo. Turut menumpas
pemberontakan Kahar Muzakar, Permesta, dan mngganyang PKI di
Bali ketika di tahun 1965 menjabat Danrem 163/Wirasatya.
Bahasa Bali dipahaminya tapi tidak berani berbicara bahasa
tersebut dengan orang asli. Memiliki 13 bintang tanda jasa,
Sukarmen gemar menonton wayang kulit. Olahraganya kalau saya
tidak harus menemani penjabat tinggi untuk main golf, adalah
main catur. Orang Bali menilai Sukarmen, pas-pasan saja: tidak
dibenci, tidak pula dipuji.
Salah satu kcbiasaannya ialah pergi ke mana saja tanpa
memberitahu bawahan. Sering muncul secara tiba-tiba, di tempat
persembahyangan Pura Besakih atau ke rumah salah seorang
bawahan. Yang terakhir ini misalnya kalau salah seorang
pegawainya sedang merayakan hari galungan. Ketika ditanya
sekali lagi mengapa tidak menetap di Bali saja, sekali lagi
Sukarmen berkata: "Lho, kerja apa di Bali?"
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini