Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Meninjau lpkj

Joan adams mondale, 48, ingin melihat segala sesuatu yang natural. kunjungan ke museum taman fatahillah dan ke batik iwan tirta dibatalkan, diganti ke lpkj dan pabrik batik setyowati. (pt)

20 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TINGKAH lakunya, tutur katanya, demikian juga potongan bajunya, sederhana. Joan Adams Mondale, biarpun usianya telah 48 tahun, raut mukanya tidak setua umurnya. Dia juga tamu negara yang berhasil menolak beberapa acara yang telah disediakan -- kecuali kunjungan pagi hari di Taman Mini Indonesia, satu dari beberapa acara dalam kunjungannya yang singkat. "Saya ingin melihat segala sesuatu yang sungguh natural," ujarnya, ketika Staf Wakil Presiden AS Mondale menyatakan bahwa kunjungan ke Musium Taman Fatahillah -- tempat keramik koleksi Adam Malik -- dirobah ke Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) di bagian belakang Taman Ismail Marzuki. "Sebagian besar yang dibicarakan hanya soal-soal seni saja," ujar Nyonya Mara Adhyatman, pengurus Perkumpulan Keramik Jakarta dan anggota Wastra Prema (Himpunan Pencinta Tekstil, yang mendampingi Joan Mondale ke mana saja selama di Jakarta. "Dia lebih memfokuskan seni masa depan dan bukan seni masa lampau," kata Mara. Itulah mungkin sebabnya Joan tidak ke Fatahillah, sebagaimana juga tidak ke batik Iwan Tirta. Tapi dia pergi ke pabrik batik Setyowati yang punya tukang batik sekitar 10 orang dan letaknya di jalan kecil di Karet Kuningan, Jakarta. Penulis buku Politik dan Seni ini, menyatakan kagum melihat wanita membatik. Biasa. "Mereka pasti punya kesabaran yang besar," katanya. Juga di LPKJ, Joan Monddle heran bagaimana pembuat keramik kita harus mencari cat adukan warna sendiri. Ternyata cat warna dari luar negeri mahal dan sulit didapat. Fahmi, dari grup 'Sanggar Kampung Melayu', telah menghadiahkan dua buah keramik kepada Joan. Sebuah guci buatan Fahmi sendiri dan yang sebuah lagi adalah tiruan guci tua (warna biru) yang kini banyak dibuat di lampung Dinoyo, dekat Malang. "Oh, alangkah indahnya," kata Joan Mondale sambil memegang guci buatan Fahmi. "Saya akan menaruhnya di dekat tempat perapian rumah saya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus