Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Lebih sehat dari rusia

Eks presiden nixon menerbitkan memoarnya yang berisikan hal-hal menarik dibalik peristiwa dunia. ketika berkunjung ke cina & bertemu ketua mao, mendapat kesan bahwa orang cina mudah diajak berunding. (ln)

20 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEKAS presiden Nixon baru-baru ini menerbitkan memoarnya. Banyak sekali hal-hal menarik yang terjadi di belakang peristiwa-peristiwa besar dunia yang diungkapkannya. Mulai dari skandal Watergate, diplomasi, cerita tokoh-tokoh dunia sebagai manusia biasa dan lain-lain. Salah satu peristiwa besar yang dikisahkannya adalah kunjungannya ke Peking pada tahun 1972. Berikut ini adalah terjemahan bebas dari nukilan-nukilan memoar tersebut yang berceritera tentang pertemuan Nixon dengan para pemuka RRC waktu itu: Mao Tse-tung, Chou En-lai dan Chiang Ching. Pesawat baru saja berhenti. Ketika pintu terbuka, di kaki tangga berdirilah Chou En-lai. Ia tak mengenakan topi, memakai baju tebal yang tak bisa menyembunyikan kekerempengannya. Ketika aku berjalan turun dan hampir mencapai tengah tangga, tiba-tiba Chou bertepuk. Saya tertegun dan dengan spontan bertepuk tangan pula -- ini sesuai dengan kebiasaan di negeri itu. Saya sadar bahwa Chou pernah tersinggung ketika John Foster Dulles (Menteri Luar Negeri Amerika tahun 50-an) menolak uluran tangannya ketika Konperensi Jenewa mengena masalah Vietnam dibuka tahun 1954. Jadi, ketika saya sampai di bawah saya sambut dan hampiri Chou sambil menjulurkan tangan saya sepanjang-panjangnya. Di hari pertama jam dua siang, kami mendapat pemberitahuan bahwa Mao bersedia menerima kami di kediamannya. Kami dibawa ke suatu ruangan sederhana dengan hiasan ala kadarnya. Kamar itu penuh dengan buku-buku dan catatan-catatan. Sebagian buku-buku itu terbuka dan diletakkan di meja teh kecil dekat Mao duduk. Sekretarisnya menolong Mao berdiri. Ketika saya jabat tangannya Mao mengatakan "Maafkan, bicara saya sudah tidak baik lagi." Di hari berikutnya Chou mengatakan kepadaku, sudah sejak sebulan itu Mao menderita bronkhitis. Ini tak pernah diketahui orang banyak. Kemudian, dalam banyak obrolan, setiap orang, termasuk Chou menunjukkan hormatnya kepada Mao. Ini memang layak. Dua atau tiga orang sipil atau militer selalu berada dalam ruangan. Setelah kira-kira 10 menit kami mengobrol Chou menyuruh mereka pergi. Namun, ketiga orang itu terus berada dalam ruangan. Mao memberi komentar tentang kepandaian Kissinger merahasiakan missinya ke Peking. "Ia tidak seperti seorang agen intel," katanya. "Ia adalah orang satu-satunya yang pergi ke Paris sebanyak 12 kali dan ke Peking sekali saja. Tapi tak ada orang yang tahu. Kecuali barangkali beberapa orang wanita cantik," tambah Mao. "Saya menggunakan mereka sebagai penutup kegiatan-kegiatan saya," potong Kissinger. "Di Paris", tanya Mao. "Siapa saja yang menggunakan wanita-wanita cantik buat menutupi kegiatannya, tentu ia tergolong diplomat yang ulung," kataku. "Jadi, kalian pun seringkali menggunakan wanita-wanita kalian?" tanya Mao pula. "Maksud saya gadis-gadis dia, bukan gadis-gadis saya. Bisa berabe kalau saya menggunakan wanita sebagai selimut kegiatan saya," jawab saya segera. "Saya suka orang-orang kanan. Orang mengatakan bahwa anda termasuk golongan kanan -- bahwa Partai Republik ada di sisi kanan -- bahwa PM Edward Heath juga orang kanan," kata Mao. "Jangan lupa juga Jenderal de Gaulle," sambung saya. "Oh, dia lain. Tapi saya selalu senang kalau kaum kanan berkuasa. Di Amerika, paling tidak sekarang ini orang-orang kanan bisa berbuat banyak yang orang-orang kiri cuma omongkan," kata Mao. Kesombongan Kami kemudian dibawa untuk menyaksikan Opera Peking. Pengantar kami adalah Chou En-lai dan Chiang Ching. Saya sadar bahwa Chiang Ching ini merupakan salah satu orang yang tak menyetujui kedatangan kami. Ia seorang ideolog yang fanatik. Sekilas saja saya tahu wanita ini tak punya rasa humor sama sekali. Berlainan sekali dengan Mao dan Chou. Adalah suatu kenyataan pula bahwa kebanyakan wanita RRC yang saya jumpai, terutama yang muda-muda seperti yang jadi sekretaris Mao, punya satu kekhususan. Mereka itu kurang ramah, serius di samping tak ada rasa humor. Mereka lebih punya dedikasi -- tampaknya -- terhadap ideologi ketimbang kaum prianya. Chiang Ching sendiri, pada pendapat saya orangnya agresif dan sangat tak menyenangkan. Salah satu alasan kenapa orang-orang Cina itu mudah diajak berunding adalah ketidak hadiran kesombongan dalam pikiran mereka. Tidak seperti halnya orang Rusia yang selalu yakin bahwa apa yang dikatakan atau diperbuatnya merupakan yang terhebat, orang Cina sebaliknya. Mereka sangat gandrung akan kritik diri. Mereka selalu menanyakan kepada orang asing dan meminta nasihat bagaimana caranya menyempurnakan karya-karya mereka. Juga Chiang Ching yang kelihatannya angker itu. Ketika saya mengatakan terkesan dengan pertunjukan baletnya, ia mengatakan: "Baik sekali kalau anda bisa mengertinya. Tapi apa nasihat anda agar balet itu lebih sempurna?" Ketika Chou En-lai terus saja ngomong tentang perlunya mereka menyempurnakan diri, pikiran saya melayang kepada Kruschev yang ngomongnya gede dan selalu penuh dengan bombastisme. Saya jadi terpikir bahwa apa yang dianut orang-orang Cina ini pasti lebih sehat ketimbang kelakuan orang-orang Rusia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus