PELUKIS kenamaan Affandi, 71, muncul di Istana Negara hari
Selasa pekan lampau. Ia salah seorang yang menerima Bintang Jasa
Utama dari Presiden Soeharto, berkat jasanya di bidang
kebudayaan.
Di samping kepada Affandi, negara juga memberi anugerah
kehormatan kepada Prof Josep Sunarjo, almarhum, yang berjasa di
bidang topografi dan geodesi. Lalu Sugondo Djojopuspito,
almarhum, Ketua Kongres Pemuda 1928, karena kesetiaan dan
perjuangan persatuan bangsa Indonesia di zaman penjajahan dulu.
Sedangkan Prof Dr Mustopo, beroleh Bintang Mahaputera Utama
untuk jasanya di bidang pendidikan, kesehatan dan pengamalan
Pancasila.
Di tengah suasana resmi dengan para pejabat tinggi yang
mengenakan seragam kebesaran, kehadiran Affandi membuat suasana
rada santai. Abun, nama kecil beliau, memang mengenakan jas dan
dasi warna hitam, tapi dengan kombinasi sarung. Warnanya hijau.
Dan pakai sandal. Maklum, seniman.
"Tahun lalu Bapak sudah naik haji," bisik Maryati, isterinya
yang mendampingi Affandi pagi itu. Dari tanah Arab itu pula
Affandi membeli sarungnya seharga Rp 3.500. Harga itu ternyata
tidak lebih mahal dari harga aslinya di sini (cap manggis).
Lalu apa kata Affandi tentang bintang yang diterimanya? "Saya
harus memelihara bintang penghargaan ini tetap waardig,"
ujarnya. Dalam usahanya untuk tetap waardig (berharga) dalam
kehidupan, Affandi mengaku sedang mempelajari al-Qur'an sekarang
ini.
Riwayat hidup para penerima anugerah itu pada umumnya dibuat
sepanjang dua halaman folio. Tentang Affandi sama tebalnya
dengan Prof Mustopo, yaitu 4 halaman. Bedanya, Mustopo
menuturkan bagian-bagian hidupnya yang serius. Misalnya: pernah
menjadi penasehat agung militer presiden RI dengan pangkat
jenderal penuh. Juga pernah sebagai penasehat Panglima Besar
Sudirman.
Sedang Affandi menuturkan hal-hal santai. Misalnya waktu masih
muda punya kegemaran menyabung ayam, adu layangan dan main bola.
Kini "meski beristeri dua, suasana rumah tangga cukup harmonis
dan mantap," begitu tercantum dalam riwayat hidupnya.
Diceritakan pula, Affandi yang pernah memperoleh medali Dag
Hammerskjoeld dari Italia, penghargaan dari Pemerintah AS dan
penghargaan dari Pangkowilhan II itu, menikahi Rubiyem sebagai
isteri kedua atas dasar anjuran isteri pertama, Maryati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini