BARANGKALI setengahnya ini untuk memenuhi hasrat nostalgia. Huang Hua tampak sibuk di pertandingan Piala Thomas dan Uber, di Istora Senayan sejak pekan lalu itu. Tapi, bukan di lapangan, dan yang ia genggam pun bukan lagi raket. Bekas bintang bulu tangkis Cina yang tinggi dan cantik ini kini berbekal notes dan bolpoin, dan dulu ia dikejar-kejar untuk diwawancarai, tapi ia sekarang balik mengejar-ngejar untuk mewawancarai para pemain. Huang memang dikontrak harian Bernas (Yogyakarta) sebagai kolumnis selama pertandingan bulu tangkis bergengsi itu berlangsung. Setelah mengamati dan mewawancarai beberapa pemain, pekan lalu, Huang langsung menembakkan servisnya: "Dilihat dari materi pemainnya, saya menjagokan Korea Selatan bakal menggondol Piala Uber," katanya. Tapi, "tim putri Korea Selatan bisa saja dikalahkan oleh tim yang punya strategi bagus." Dan tim mana yang memiliki strategi bagus itu? Jawab Huang adalah sebuah lob tinggi berteka-teki: "Ya, ikuti saja tulisan saya." Pekan lalu sebuah analisanya juga dimuat harian Kompas (yang memang punya hubungan dengan Bernas). Sebenarnya lulusan sekolah olahraga RRC yang kini aktif membantu suaminya berdagang di Klaten, Jawa Tengah, ini belum pernah menulis. Tapi, Huang, yang masih terus berbadminton, merasa tidak mengalami kesulitan. Ia, yang sudah bisa berbahasa Indonesia sedikit-sedikit, menuliskan analisanya dalam bahasa Cina, kemudian diterjemahkan. Atau, kalau dikejar batas waktu turun naskah, ia akan mengutarakan pendapatnya secara lisan, direkam atau dicatat, baru kemudian diterjemahkan. Satu servis TEMPO tidak dilayani oleh Huang, yang masih sibuk mengurus ke-WNI-annya. Yakni soal harga tulisannya. Ia hanya menggelengkan kepala. Memang, bagi Huang yang ber-Mercy ke mana pergi itu, mungkin lebih penting mendapatkan kesempatan melepaskan rindunya pada suasana pertandingan internasional, daripada soal uang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini