TERNYATA, penyanyi Emilia Contessa September nanti 19 tahun,
tidak jadi menikah dengan Andi Cakra Sosse seperti yang semula
diumumkan (TEMPO. Pokok & Tokoh, 3 April 1976). Si dara
memilih ir. Rio Tambunan, bekas Kepala Dinas Tata Kota DKI,
kini duduk dalam Staf Ahli Gubernur dan pendiri Sasana Garuda
Jaya, perkumpulan olahraga karate, angkat besi, bina raga dan
tinju. Rio, 42 tahun dengan 4 anak, memang satu-satunya
laki-laki yang selalu disas-suskan "ada cinta" dengan sang
penyanyi asal Banyuwangi, paling tidak dalam 3 - 4 tahun
terakhir ini. Kini menjadi kenyataan. Desas-desus itu tidak
palsu -- juga cinta itu.
Klimaks ceritanya begini, menurut pelbagai sumber. Beberapa
bulan terakhir, Emil untuk pengambilan film Senja di Pantai
Losari berada di Ujung Pandang. Di kota itulah, Emil dan Cakra
bertemu -- dan ada "perkembangan tertentu" dalam hubungan
mereka. Hingga lamaran dinyatakan. Tapi sementara itu menurut
orang-orang film yang ada di Ujung Pandang Rio berada di kota
itu pula. Keluarga Andi Sosse rupanya mempunyai gerak cepat
dalam menikahkan anaknya, Cakra, 24 tahun, yang jadi direktur
bank dan pernah sekolah di London itu. Emil dilamar secara resmi
20 Maret. Utusan Andi Sosse, dengan pakaian Bugis, khusus pergi
ke Banyuwangi menemui ayah Emil, M. Hasan Ali. Jawaban dari
orangtua Emil: ya. hari nikah ditetapkan: 17 April. Sekitar
bulan Pebruari, Emil sendiri sudah cerita tentang Cakra pada
ibunya, nyonya Susiani -- begitu menurut pengakuan sang ibu.
"Malah dia pesan", kata Susialn yang ketika ditemui
S.Lapoliwa, pembantu TEMPO sedang sakit dan tetap terbaring.
"kalau nanti lamaran tiba, terima saja".
Maret kemarin Emil masih di Ujung Pandang. Main film. Juga
dikatakan sekalian mempersiapkan perkawinannya, yang kabarnya
akan diadakan secara besar-besaran. 27 Maret, Emil dengan
seorang pengantar dan sopir pergi ke Pasar Sentral. Untuk
belanja hari pernikahannya. Pengantar kemudian kehilangan Emil.
Sopir hanya memberikan secarik kertas bon belanjaan. Di balik
bon tersebut ada tulisan Emil untuk Cakra. Menurut sumber fihak
Cakra, isi surat hanya pendek saja: "Saya pergi, jangan
diributkan. Kita pasti kawin". Diuber ke bandar udara Hasanudin,
nama Emil tidak ada. Dalam manifest Garuda, cuma ada nama Ita.
Dengan nama inilah, kemungkinan Emil meninggalkan Ujung Pandang.
Selasa malam, 30 Maret, Emil dan Rio menikah di gereja Bethel,
Jatinegara, Jakarta. Upacara sederhana. Hadir sekitar 30-an.
Perkawinan berlangsung untuk Catatan Sipil dan Gereja. Keduanya
membawa surat lengkap dan cukup memenuhi syarat. Misalnya ada
pemberitahuan 10 hari lebih dulu. Rio juga menunjukkan surat
cerai (1973) dari isterinya yang dulu. Ada juga surat dari lurah
Menteng Dalam yang menyatakan pernikahan keduanya sudah
terdaftar -- meskipun surat ini biasanya dibuat, setelah
Catatan Sipil mengesahkan perkawinan tersebut,
bukan sebelumnya. Emil sendiri membeli surat
pernyataan bersedia menikah dan turut agama suaminya
yang dikuatkan oleh notaris NR. Makahanap. Juga sepucuk surat
dari tantenya, nyonya R.A Hardie Sumarto, sebagai wali dari
orangtua Emil. Pada pendeta J. Sapulete yang juga adalah pegawai
Catatan Sipil, mereka menyatakan bahwa orangtuanya ada di
Banyuwangi (menurut nyonya Susiani ia ada di Jakarta). "Secara
yuridis", kata J. Patinaya, wakil Sapulete, "perkawinan ini
sah. Surat-suratnya lengkap. Soal-wali atas pertimbangan, atas
pertimbangan teknis, apalagi dalam keadaan mendesak, sistim wali
bisa dipertanggungjawabkan, biarpun kedua orangtuanya masih
ada". Tapi Sapulete mengakui ia terkejut juga setelah mengetahui
Emil sudah dilamar orang.
Tapi segala sesuatunya tampaknya memang telah diatur dengan
diam-diam dan rapi. Beberapa hari sebelum Festival Film
Indonesia di Banding berakhir, tengah malam ada telepon untuk
para wartawan. Dengan pesan, harap para wartawan, tinggal dulu
sampai Jum'at di Bandung. Ir Rio Tambunan akan menjelaskan
persoalan Emilia, sekali lagi mengumumkan perkawinan mereka
secara resmi. Berita perkawinan segera muncul di harian Kompas,
halaman pertama. Ibu Emil kaget, begitu ceritanya. Ia bilang
tidak tahu apa-apa, jatuh sakit, menangis tengah malam, pingsan
dan tentang perkawinan anaknya ini cuma mengucap: "Saya sebagai
ibunya, kok tidak diberi tahu. Kalau dua-duanya sudah suka sama
suka, kenapa dilarang?". Ibu itu nampaknya menyatakan ia tidak
bermaksud melarang. Ia hanya menduga bahwa hubungan Rio dengan
Emil sudah putus. "Kami kira demikian. Karena : sudah lama
kesempatan yang diberikan. Anak saya telah lama jadi bahan
gossip. Toh dari pihak sapa tidak ada tanggapan juga.
Begini-begini juga kami punya harga diri", -Setelah Emil
menikah, Susiani mengirim orang rumahnya ke rumah Rio. Tapi Rio
Tambunan sedang keluar, demikian jawaban yang diberikan.
1 April malam, pengantin baru ini pergi ke rumah Kyai Haji Idham
Chalid. bekas tokoh NU yang kini duduk sebagai Ketua DPR-RI.
Emil mengenakan kebaya hijau kain batik coklat, Rio stelan biru
tua, kemeja kuning dan dasi, setrip-setrip. "Ini adalah rumah
pertama yang kami kunjungi, sejak pernikahan kami, dam Pak Idham
kami anggap orangtua kami". Idham memberikan beberapa nasehat
dan nyonya Idham bahkan bertanya: "Apa nak Emil masih
sembahyang?". Emil, dengan mesem, menganggukkan kepala. Selepas
dari rumah Idham Chalid, kepada Herry Komar dari TEMPO Rio ada
menjelaskan bahwa perkawinan ini antara suka sama suka:
Pertunangan Emil dengan Cakra itu karena kemauan orangtua Emil.
"Tunggulah, akan ada pernyataan Emil tentang hal itu", kata Rio.
Emil menganggukkan kepala.
Andi Cakra Sosse, menurut Pos Film, pagi-pagi tanggal 1 April,
telah terbang, dari Jakarta ke Ujung Pandang. Orang rumah di
tempat Andi Sosse tinggal di Jakarta memang menyesalkan
peristiwa "pembajakan" Emilia Contessa. Tapi Andi Sosse sendiri
hingga kini belum mengeluarkan pernyataan. Dia mula-mula mengira
Pyrita di Kompas itu cuma April mop? Tapi bila betul, kepada
Sinansari Ecip dari TEMPO, sebuah sumber dekat Andi Sosse
berpesan, ia tidak akan menjadikan perkara ini lebih besar. Juga
ditambahkan bahwa kekayaannya kebangsawanannya dan sejarah
perkawinannya tidak akan terganggu kalau hanya Emilia Contessa
tidak jadi menikah dengan anaknya, Andi Cakra Sosse.
Tapi tidak semua pihak bersikap "sudahlah". Tertanda tanggal 2
April, nyonya R.A. Susiani telah mengeluarkan 'Surat pernyataan
di atas meterai. Bertindak untuk dan atas nama seluruh keluarga
(terutama mewakili ayah kandung Emil, Moh. Hasan Ali), ia antara
lain menyatakan: "Kami tidak pernah memberikan kuasa baik lisan
maupun tertulis kepada siapapun untuk pelaksanaan akad nikah
anak kanu Emilia Contessa dengan sdr. ir. Rio Tambunan yang
telah dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 1976 di gereja Bethel
Jatinegara, sesuai berita-berita di koran-koran Ibukota. Dengan
demikian, atas nama seluruh keluarga maka pernikahan anak kami
Emilia Contessa dengan sdr. ir. Rio Tambunan, tidak dapat' kami
terima. Bagi kami pernikahan itu tidak sah".
J. Patinaya dari gereja Bethel juga menyatakan bahwa pihak
orangtua Emil boleh saja menggugat. "Itu terserah", katanya. Dia
kemudian mengingatkan bahwa suatu perkawinan yang sah baru dapat
dibatalkan kalau diminta oleh pihak-pihak yang paling
berkepentingan (dalam hal ini: Emilia Contessa dan Rio
Tambunan). Mengenai lamaran lain, Patinaya menjawab:"Itu urusan
mereka. Kami tidak mempunyai kepentingan untuk mencampuri urusan
orang lain.
Di tanggal yang sama (2 April) Emil diboyong Rio ke Bandung,
kota di mana Rio menamatkan pelajarannya di ITB. Untuk pesta
pernikahan mereka. Pikiran Rakyat dari Bandung melaporkannya
sebagai pesta sate. Malam itulah Emil membuka mulutnya untuk
pertama kali: "Jika memang Andi Cakra Sosse adalah jodoh saya,
sayapun akan menerima. Tapi kehendak Tuhan lain. Mas Rio adalah
pasangan cocok Emil yang Emil pilih sendiri": Malam itu dia
mengenakan rok hitam kembang-kembang dengan belahan di dada.
Sesekali dia menggamit tangan suaminya. Tanpa orangtuanya berada
di sana, Emil malam itu minta sesuatu kepada mereka: "Untuk
sekali ini berilah Emil kesempatan untuk menikmati kebahagiaan",
katanya pula, sejak kecil dia menderita, dan cuma bahagia kalau
lagi nyanyi. Karena itu, "ijinkanlah Emil untuk hidup berdua
sebagai suami-isteri bersama Mas Rio". Rio yang menyatakan telah
berpacaran dengan Emil 3 tahun lamanya selanjutnya memberi ijin
Emil untuk tidak menyetop segala kegiatannya, baik menyanyi
maupun main film. Rio mengharap: "Mudah-mudahan segala persoalan
yang menyangkut perkawinan kami bisa diselesaikan dengan
pengertian semua pihak".
Ia sebelumnya menyatakan bahwa Ia sangat mencintai Emil.
Perkawinannya kali ini yang mengambil banyak risiko dan sedikit
drama mungkin membuktikan itu. Sayangnya cinta memang tak
selamanya harus sesuai prosedur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini