JARANG dua pemimpin negara adidaya, yang berbeda kiblat, berduka untuk kematian seorang gadis cilik. Tapi itulah yang terjadi pada gadis berambut hitam bermata redup Samantha Smith, 13, yang meninggal karena kecelakaan pesawat di hutan dekat pelabuhan udara Jeff Gongol, Maine, AS, Ahad pekan lalu. "Setiap orang di Uni Soviet akan mengenang selamanya bayangan seorang gadis Amerika yang, bagaikan jutaan pemuda-pemudi Soviet, mengimpikan damai," tulis kawat dukacita orang kuat Soviet Mikhail Gorbachev kepada ibu Samantha. Sedangkan kawat Presiden Ronald Reagan berbunyi, "Jutaan orang Amerika berbagi beban kesedihan. Mereka mengingat dan menghargai Samantha, senyumnya, idealismenya, dan kemanisan jiwanya." Siapakah Samantha? Dialah bocah yang mengirim surat kepada presiden Soviet Yuri Andropov, dua tahun lalu, dan bertanya: Betulkah Uni Soviet akan menyerang Amerika? Andropov terharu membaca kawat itu, lalu mengundang Samantha berkunjung selama dua minggu ke Soviet. Sekalipun Andropov tak menemui Samantha, yang dijuluki "duta perdamaian cilik", toh ia memberikan kehormatan pada bocah Amerika itu. Samantha dielu-elukan bagai pahlawan. "Ternyata, orang Rusia tak ingin perang sama sekali," kesimpulan Samantha sekembalinya di Amerika. Sejak itu, Samantha menjadi populer. Ia sering muncul di koran dan layar televisi. Awal Januari 1984, ia diundang berbicara di depan simposium internasional mengenai anak-anak di Kobe, Jepang. "Tahun 2001 nanti, di sekeliling kita yang ada hanya sahabat, tak ada negara yang berperang, tak ada permusuhan dan tidak ada bom-boman," katanya di depan peserta simposium. Awal tahun ini, Samantha memulai debut baru dengan membintangi film televisi Line Street, dan juga menulis buku tentang lawatannya ke Soviet. Semua jerih payah ini belum bisa dinikmatinya, ketika maut memanggil Samantha di Jeff Gongol. Ia meninggal bersama bapaknya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini