KUNCUNG, nama di panggung. Temon Kartoprawiro, nama
Indonesianya. "Nama Cina-nya, Kwik Tjen Pang, nggak ada yang
kenal lagi, saya kira," kata istrinya, Buntari. Pemilik tiga
nama satu rupa itu, selama tiga zaman dikenal sebagai pemain
tonil dan film dengan ciri kumis a la Hitler. Pekan lalu Kuncung
meninggal dunia dalam usia 80 tahun, setelah dirawat tiga hari
di rumah sakit Sumber Waras, Jakarta. Ia mengidap tiga penyakit:
asma yang kronis, ginjal, dan gangguan hati.
Nama 'Kuncung' merupakan pilihan mendiang sendiri. Kalau dia
main selalu perannya sebagai babu. Di segala zaman, baik
Belanda, Jepang, maupun sekarang, babu biasa juga disebut
kacung. "Dia lalu bikin namanya jadi Kuncung," tutur Buntari.
"Dia memang klop sekali memerankan pelayan," komentar S. Bagio
memuji, "dia juga disiplin, kalau diminta datang pukul 08.00,
dia pasti tepat".
Sesuai dengan pesan terakhirnya, jenazahnya diperabukan di
krematorium Cilincing. Buntari, kini 59 tahun, adalah istrinya
nomor tiga tanpa anak. Mendiang punya dua anak dari istri
pertama, dan dari keduanya Kuncung punya cucu 16. Peninggalan
lain: sebuah rumah berukuran 5 x 6 meter di bilangan Tanah
Sereal, Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini