JUTAAN kanak-kanak, dan juga orang dewasa, pasti merasa
kehilangan. Pekan lalu Georges Remi, pencipta tokoh komik
Tintin, meninggal dunia di sebuah rumah sakit di Brussels,
ibukota Belgia, dalam usia 75 tahun karena kanker darah
(leukemia). Maka berakhir pulalah kisah petualangan wartawan
muda Tintin, dan anjingnya Snowy.
Georges Remi melukis dengan nama samaran Herge (singkatan
namanya, dibalik, dalam bahasa Prancis). Lebih dari 70 juta buku
komik Tintin dicetak di seluruh dunia, dalam 30 bahasa, termasuk
bahasa Indonesia. Salah satu, Penerbangan 714 mengisahkan
petualangan Tintin di sebuah pulau di Nusa Tenggara.
Herge menulis dan melukiskan tokoh-tokoh pendamping Tintin
dengan me.larik dan penuh humor antara lain Kapten Haddock
dengan segudang sumpah serapahnya, detektif konyol Thompson dan
Thompson, serta Profesor Calculus yang jenius, tapi linglung dan
tuli. Kisah petualangan pertama, "Tintin di Rusia" terbit pada
1929. Herge, dibantu 10 orang asistennya, tengah menyelesaikan
seri Tintin yang ke-24 ketika kanker mulai menyerangnya Seri
yang ke-23 terbit pada 1976.
"Tintin bukan anak yatim piatu, tapi orangtuanya memang tak
pernah ditampilkan. Mula-mula ia muncul sebagai seorang Belgia,
namun belakangan kebangsaannya tidak penting lagi. Jika pada
1929 ia tampak berusia 14 atau 15 tahun, kini ia muncul dalam
usia sekitar 18 tahun," kata Herge dalam suatu wawancara pada
1974.
Di negaranya Herge mendapat penghargaan tinggi. Sebuah patung
Tintin terpasang pada suatu taman di Brussels. Suatu museum, dan
sebuah taman hiburan Tintin, kini direncanakan untuk didirikan.
Kisah Tintin juga telah difilmkan Di samping Tintin, Herge juga
menciptakan kisah Yo, Susy dan Yoko, beberapa di antaranya telah
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini