YOGYA berkabung. Kampus Universitas Islam Indonesia (UII)
mengibarkan bendera setengah tiang, dan seluruh kegiatan sivitas
akademika praktis terhenti. Radio Universita mengumandangkan
pembacaan ayat-ayat suci Al Quran pada malam 31 Agustus. Tak
heran. Karena yang meninggal malam itu, tepat pada pukul 20.45,
adalah Haji Bendoro Pangeran Haryo Prabuningrat, 71 tahun.
Sehari sebelumnya, Pangeran Hadinegoro, paman Sri Sultan, juga
meninggal.
Prabuningrat hanya dua hari dirawat di RS Panti Rapih,
Yogyakarta, karena terjatuh di rumahnya. Ia menghembuskan
napasnya yang terakhir sebelum Surat Yasin habis dibacakan oleh
kerabatnya. Putra Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dari selir,
bukan tokoh gemerlapan, tapi jelas darma baktinya. Almarhum
dikenal sebagai Ketua Panitia pembangunan Masjid Syuhada,
Yogyakarta, yang terkenal itu, di tahun 1950-an. Tahun 1970 ia
mendirikan Pra Yuwana, sebuah badan yang menampung dan mendidik
anak-anak nakal. Dan sejak 1973 hingga meninggalnya, ia adalah
Rektor UII, Yogyakarta yang amat disegani.
Tokoh yang kalem, ramah, dan sederhana ini agaknya selalu
berniat membantu orang lain. Itulah mengapa UII, perguruan
tinggi swasta yang cukup bermutu, uang kuliahnya masih murah.
Keuangan universitas tak tergantung dari uang mahasiswa, tapi
ada sumber lain. Sebagai rektor, almarhum berprinsip "membantu
mahasiswa dan semua bidang, sebisa mungkin."
Sebagai kerabat Kraton ia dimakamkan di pemakaman Kraton Yogya,
Imogiri, diantar prosesi konon sepanjang 3 km. Prabuningrat,
kakak Sri Sultan Hamengkubuwono IX, meninggalkan delapan anak --
seorang di antaranya ialah Sitoresmi, janda penyair Rendra.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini