OEJENG Soewargana (62) meninggal dunia Senin dhlihari pekan
lampau di RSCM Jakarta -- akibat serangan jantung. Penulis
masalah pendidikan yang produktif itu dikebumikan di Taman Makam
Pahlawan Cikutera, Bandung. Ia terbilang barisan pejuang 45 dan
pemegang Bintang Gerilya, Perang Kemerdekaan I dan II dan
Gerakan Operasi Militer II. Tahun 1950 almarhum mengundurkan
diri dari ketentaraan dengan pangkat mayor.
Ayah 7 anak ini (5 dari isteri kedua, 2 dari isteri ketiga)
dikenal sebagai periang, punya kemauan keras, sempat mengecap
sukses sebagai pengusaha penerbitan, dan mulanya dikenal sebagai
guru. Almarhum memang lepasan sekolah guru (HIK) di Bandung
tahun 1938, dan salah seorang teman sekelasnya adalah Jenderal
A.H. Nasution. Mereka kemudian sama tergabung dalam korps
Siliwangi. Ketika Nasution menjabat panglima, almarhum memegang
komandan logistik. Dan ketika mengajar di HIS Banjarsari
Bandung, Ali Sadikin termasuk yang pernah menjadi muridnya.
Di masa menjadi guru itulah almarhum rajin menulis berbagai buku
pengajaran. Beberapa di antaranya secara resmi dipakai sebagai
buku pegangan SD, seperti Metode Menulis Indah & Mudah,
Berhitung dan lain-lain. Dari hasil karyanya itu ia membeli
saham-saham di sebuah usaha penerbitan A.C. Nix. Modalnya
berkembang sehingga mampu mendirikan penerbit sendiri, Masa
Baru. Menyusul Ganaco, yang sekalian punya percetakan, lalu
membikin penerbit Sanggabuana. Semua di Bandung, dengan satu
kantor cabangnya di Jakarta.
Siapa yang akan meneruskan semua perusahaan itu kini? "Itu
memang yang merupakan pertanyaan," ulas seorang kenalannya.
"Tapi siapa tahu, mungkin almarhum ada meninggalkan testamen."
Ketika jenazah terbujur di RS CM nampak datang melayat
antaranya, A.H. Nasution, bekas Kapolri drs Hoegeng, Ajip Rosidi
dan lain-lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini