JENDERAL Soemitro juga meninggal. Soemitro yang mana? Mayor
Jenderal TNI, Pangdam VII/Diponegoro. Jum'at pagi 3 Maret lalu
ia main tenis. Tidak seperti biasanya, Pak Mitro banyak senyum
bahkan melucu. Tidak seperti biasanya Soemitro terkenal sebagai
jenderal yang jarang ketawa keras--lebih digolongkan sebagai
pendiam.
Soemitro pagi itu bisa menyelesaikan dua game dan kemenangan
berada di pihaknya. Kemudian keluar lapangan, menuju tempat
minum. Tak berapa lama ada suara beberapa gelas pecah. Pak Mitro
terjatuh di situ. Seorang dokter yang kebetulan juga main,
mencoba memberi pertolongan pertama. Dengan cepat Pak Mitro
dibawa ke rumahsakit di dekat Markas Kodam VII dan tidak jauh
dari lapangan tenis. Jam 08.49, Mayor Jenderal Soemitro tidak
bisa ditolong lagi. Almarhum memang mengidap penyakit
jantung--walaupun sejak Agustus tahun lalu tak pernah kambuh.
Dan pagi itu juga kabar musibah itu cepat disebarkan di kalangan
penjabat di Semarang dan Jakarta. "Kamu ngomong jangan ngawur,"
bentak Gubernur Jawa Tengah, Supardjo, ketika stafnya
mengabarkan hal itu. Memang banyak yang tak percaya, karena
Almarhum selama dua hari terakhir tampak dalam kesibukan acara
kunjungan Presiden Suharto ke Waduk Sempor dan Yogya.
Soemitro baru Agustus tahun kemarin diangkat jadi Pangdam
VII/Diponegoro, menggantikan Mayor Jenderal Yasir Hadbroto.
Stafnya di Semarang berkata, Almarhum orang "tidak bisa ditawar"
dalam hal Opstib. Dikuburkan di Taman Pahlawan Giri Tunggal,
dengan Inspektur Upacara KASAD Letjen Widodo. Wapangab Jenderal
Soerono mewakili pihak keluarga (Surono adalah ipar Soemitro.
Almarhum (52 tahun) meninggalkan tiga orang anak yang masih
kecil-kecil. Yang bungsu, Boedi Setyawan, masih di taman
kanak-kanak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini