Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tragedi di tubuh itali

Bekas pm dan menlu italia aldo moro, 61, ditemukan meninggal dalam bagasi mobil. presiden giusepple leone, para pimpinan pdk dan pki menolak anjuran berunding dengan pihak penculik dan berakibat fatal. (ln)

20 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Norina tercinta, mereka telah memberitahu saya bahwa saya akan segera mereka habisi. Saya menciummu untuk terakhir kalinya. Cium juga untuk anak." Surat terakhir Aldo Moro SEORANG yang tidak dikenal menelepon polisi siang hari tanggal 9 Mei yang lalu itu. Sama sekali ia tidak menyebutkan tentang Moro yang terculik 55 hari sebelumnya. Penelepon tak dikenal tersebut cuma mengabarkan adanya bom yang diletakkan di sebuah mobil terparkir di pusat kota. Polisi segera melakukan pemeriksaan. Di Via Caetani, tak jauh dari kantor Partai Kristen Demokrat (PKD) dan kantor Partai Komunis Italia (PKI) sebuah mobil Renault curian ditemukan. Di dalam bagasi mobil itulah ditemukannya Aldo Moro, 61 tahun, bekas perdana menteri dan bekas Menlu Italia. Ia sudah jadi mayat. Pembedahan mayat kemudian membuktikan bahwa sebuah pistol otomatis telah memuntahkan peluru ke dalam tubuh yang telah dilumpuhkan oleh penganiayaan semena-mena selama hampir 2 bulan. Duka cita tiba-tiba tergantung berat di atas kota Roma. Para pengendara sepeda motor berkeliling kota menyerukan diselenggarakannya demonstrasi aksi mogok sebagai tanda duka bagi kepergian Moro. Dalam waktu beberapa menit saja akhir dari kisah sedih yang menimpa Moro itu telah tersebar di kalangan warga Roma. Toko-toko, bioskop dan kantor-kantor mendadak tutup. Radio dan televisi menghentikan semua acara mereka untuk segera digantikan dengan musik duka yang klasik. Via Caetani di pusat kota dan jalan kecil di depan flat kediaman Moro dipenuhi manusia. Jam 4 petang, serikat buruh mengumumkan pemogokan hingga larut malam. Secara amat mengharukan, markas besar PKI mengibarkan bendera setengah tiang. "Kita nampaknya sudah tiba pada tebing jurang kegilaan," kata Giancarlo Pajetta, pejabat tinggi PKI yang hari itu berada di markasnya. Pelataran Parkir Lewat layar televisi, penduduk Italia menyaksikan wajah Moro yang telah memucat kapas. Tubuh yang malang itu terbungkus selimut biru dengan darah membeku di mana-mana. "Ia nampaknya telah dibunuh beberapa hari yang lalu," komentar seorang polisi. Seorang padre dari gereja terdekat terlihat membungkuk mengatupkan mata jenazah. Sebuah upacara berdoa yang amat sederhana terjadi di pelataran parkir itu. "Ia nampak anggun," kata sang padre kemudian. Aldo Moro yang diculik 16 Maret yang lalu, nampaknya memang tokoh yang mempertahankan keanggunan dari masa hidup hingga jadi jenazah. Menjadi politikus pada usia dua puluhan, kesibukannya sebagai guru besar ilmu hukum kriminil tidak dilepaskannya bahkan ketika telah menjadi pejabat penting negerinya. Selalu muncul dengan jas double brest warna biru tua, ia senantiasa memulai harinya dengan menghadiri misa di sebuah gereja yang terletak dekat flatnya. Tapi yang amat tidak terlupakan oleh rakyat Italia adalah prestasi yang dicapainya beberapa saat sebelum penculik menyambarnya setelah terlebih dahulu membunuh 5 orang pengawalnya dekat gereja yang tiap pagi dikunjunginya. Hatta, maka pemilu Italia yang lalu membawa negeri itu dalam kesulitan untuk membentuk suatu pemerintahan. Pihak komunis yang mencapai kemajuan pesat tetap bersitegang untuk ikut duduk dalam kabinet koalisi yang akan dibentuk oleh PKD. Berkat usaha Morolah akhirnya PKI bisa menyokong kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Andreotti tanpa harus menyertakan seorang komunis pun dalam kabinet tersebut. Peranan yang penting semacam itu di Italia di hari-hari ini hanya mungkin dilakukan oleh seorang yang dihormati seperti Moro. Dan penghormatan itu kabarnya akan lebih dipertegas dengan menjadikan Moro Presiden Republik Italia lewat pemilihan presiden bulan Desember mendatang. Tapi semua itu sudah jelas tidak mungkin menjadi kenyataan. Kematian Moro di mata Giuseppe Saragat, bekas Presiden Italia, adalah suatu tragedi terbesar sejak negeri itu keluar dengan babak belur dari perang dunia yang terakhir. "Tubuh republik ini telah tergeletak berdampingan dengan jenazah Moro," kata Saragat. Lewat layar televisi, Giuseppe Leone, Presiden Italia, yang masih duduk di istana Quirinal, menyerukan agar rakyat melawan teroris yang "berusaha menghancurkan negara .... hak-hak sipil, pekerjaan, aspirasi dan anak-anak kalian. Tapi seruan dan pernyataan pemimpin Italia yang sudah agak emosionil itu ternyata tidak lagi terdengar di telinga keluarga Moro. Eleonora Moro -- seorang bekas guru sekolah yang tidak pernah tampil dalam kehidupan resmi suaminya -- sudah sejak puluhan hari sebelum suaminya jadi mayat berseru kepada Leone agar suka berunding dengan pihak Brigade Merah bagi kemungkinan pembebasan suaminya. Tapi Leone, para pemimpin PDK maupun PKI semuanya menolak suatu anjuran berunding dengan pihak penculik. Uskup Kota Roma Kekecewaan itulah rupanya yang membawa keluarga Moro -- isteri dan 4 anak --untuk menolak semua upacara kenegaraan yang disediakan negara bagi jenazah suaminya. Pemakaman yang amat sederhana yang hanya dihadiri oleh keluarga dan teman dekat Moro dilangsungkan di bawah hujan gerimis di desa Apulia, tempat kelahiran Moro yang letaknya tidak begitu jauh dari kota Roma. Rakyat memenuhi halaman dan jalan raya sebuah rumah sakit universitas tempat jenazah Moro mengalami autopsi dan persiapan pemakaman. Juga gereja kecil di Apulia dipenuhi manusia. Tapi suatu suasana sepi yang hening telah terjadi di pemakaman Apulia tempat Moro menetap untuk selama-lamanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus