HAJI Ajip Rosidi belakangan ini punya kesibukan lain di samping
memimpin penerbit PT Dunia Pustaka Jaya. Sudah tiga kali ia
mensponsori pameran lukisan. Paling baru, akhir Maret lalu ia
menampilkan lukisan karya Haji Oesman Effendi di Balai Budaya.
Dua kali sebelumnya adalah karya Nashar (1975) dan Popo Iskandar
(1976).
Yang menarik, pameran itu hasilnya disumbangkan kepada
pesantren, madrasah atau masjid. Nashar waktu itu menyisihkan
seperlima hasil penjualan lukisannya buat Pesantren Pabelan di
Muntilan. Popo menyumbang Pesantren Dharmaraja di Sumedang.
Akan halnya Nashar, ia menyumbang pesantren itu bukan lantaran
anaknya ada di sana - seperti halnya salah seorang anak Ajip.
"Sumbangan itu disampaikan sebelum anaknya masuk", tutur Ajip.
Adakah itu semacam SPP? "Ah, nggak", sahut Ajip, dan sumbangan
itu tak sampai mengikat. "Tetap saja anaknya itu dapat hukuman,
kalau bersalah".
Ngomong-ngomong berapa sih jumlah sumbangan itu? Mungkin kurang
enak buat diumumkan, bila diingat ada hadits Nabi yang berbunyi:
kalau bersedekah itu, jangankan memberitahu orang. Sedang kalau
tangan kananmu yang memberi, tangan kirimu pun tak usah tahu.
"Pokoknya sumbangan itu selalu lebih besar dari apa yang saya
keluarkan untuk biaya pameran ini", kata Ajip.
Lalu ke pesantren mana kelak hasil pameran OE ini bakal
disumbangkan? "Lihat saja nanti. Tergantung ada yang laku apa
tidak", Nashar nyeletuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini