PENYANYI hitam Afrika Selatan Miriam Makeba, 53, yang menentang politik pembedaan warna kulit di negerinya, masih tetap memukau penonton seperti dulu. Muncul di Flores Room Hotel Borobudur, Jakarta, untuk pertunjukan sampai Jumat ini, suaranya yang lima oktaf itu masih tetap mendayu-dayu. Hanya saja, geraknya mulai lamban karena lipatan, lemak mengunci sendi-sendinya. Tapi ini diimbanginya dengan penampilan tiga gadls pengiring yang lincah, yang memperagakan gerak tari tradisional Afrika - bagian paling banyak mengundang tepuk tangan pengunjung pria. Setiap malam, dari tiga kali pemunculannya di Jakarta, Miriam menyanyikan 15 lagu berbagai negara dan berbagai bahasa termasuk lagu Indonesia Soleram. "Saya lebih senang menyanyikan lagu sedih," katanya. "Dan sebagian besar lagu saya berisi penderitaan bangsa saya yang dijajah kaum apartheid." Miriam, yang pernah menyanyi pada hari ulang tahun mendiang presiden Amerika Serikat John F. Kennedy, 1972, punya paspor dari delapan negara - dua di antaranya paspor diplomatik. Ini akibat nyanylan protesnya yang sering membuat kesulitan pada dirinya. Terakhir ini ia mangkal di Guinea. Presiden Guinea Sekou Toure bahkan menobatkannya sebagai Empress of African Song. Kembali ke Afrika Selatan? "Saya baru akan kembali kalau di sana sudah ada kebebasan," ujar Miriam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini