4 Desember kemarin usianya genap 84 tahun--dan Yayasan Idayu
merayakannya dua hari kemudian. Mengenakan stelan jas warna
putih, juga warna sepatunya, orang gaek Manado itu tampak rapi
-dengan pembawaan yang tetap keras dan galak.
Itulah Oom No, alias Arnold Mononutu, bujangan abadi.
Sekitar 30 orang hadir pada acara ulangtahun itu -antara lain M.
Natsir, Prof. Sunario, Hardi SII dan Wangsaatmadja, sekretaris
BungHatta dulu. Sebuah buku kecil, Arnold Mononutu, Seorang
Pejuang yang Berkarakter, diterbitkan Gunung Agung --mendahului
biografinya yang masih belum rampung dicetak.
Tapi belum-belum penulis riwayat hidupnya, Drs. R. Naleman,
sudah kena damprat. "Dia tak tahu apa-apa. Dia tak ikut berjuang
bersama saya," gasak Oom No. "Saya minta supaya arti 'Pejuang
Berkarakter' dijelaskan. Jadi jangan hanya memuji-muji saja,"
lanjutnya. Masagung, menyeponsori acara itu nampak kerepotan
menenangkan orang tua yang berteriak-teriak terus minta
penjelasan itu.
Ketika Natsir pidato, tanpa bisa menahan diri si Oom
berteriak: "lni Natsir, tokoh Islam. Dulu mau dirikan negara
Islam, saya penentangnya!" Tak cukup itu. Beberapa kali lagi ia
memotong pidato Natsir. "Seratus duapuluh juta rakyat Indonesia
di belakangnya, sekarang," katanya. Tak jelas bagaimana ia
mengambil jumlah itu. "Dia bahkan lebih penting dari sepuluh
menteri. Saya sangat gembira dia hadir di sini, hari ini,"
katanya.
Seusai Prof. Sunario pidato, si Oom buka mulut lagi.
"Atmosfir di gedung ini bersemangat, " katanya. Dan R . Naleman,
yang tadi kena gasak, memberi komentar: "Oom No memang
emosional. Tapi punya idealisme yang tak bisa dibeli," katanya.
"Saya sendiri sudah biasa didampratnya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini