Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Merayakan ulang tahun ke-84

Arnold mononutu, merayakan ultahnya yang ke-84, dirayakan oleh yayasan idayu, hadir a.l: m. natsir, prof. sunario, hardi sh, wangsaatmadja, sebuah buku kecil 'arnold mononutu, seorang pejuang yang berkarakter'.(pt)

13 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

4 Desember kemarin usianya genap 84 tahun--dan Yayasan Idayu merayakannya dua hari kemudian. Mengenakan stelan jas warna putih, juga warna sepatunya, orang gaek Manado itu tampak rapi -dengan pembawaan yang tetap keras dan galak. Itulah Oom No, alias Arnold Mononutu, bujangan abadi. Sekitar 30 orang hadir pada acara ulangtahun itu -antara lain M. Natsir, Prof. Sunario, Hardi SII dan Wangsaatmadja, sekretaris BungHatta dulu. Sebuah buku kecil, Arnold Mononutu, Seorang Pejuang yang Berkarakter, diterbitkan Gunung Agung --mendahului biografinya yang masih belum rampung dicetak. Tapi belum-belum penulis riwayat hidupnya, Drs. R. Naleman, sudah kena damprat. "Dia tak tahu apa-apa. Dia tak ikut berjuang bersama saya," gasak Oom No. "Saya minta supaya arti 'Pejuang Berkarakter' dijelaskan. Jadi jangan hanya memuji-muji saja," lanjutnya. Masagung, menyeponsori acara itu nampak kerepotan menenangkan orang tua yang berteriak-teriak terus minta penjelasan itu. Ketika Natsir pidato, tanpa bisa menahan diri si Oom berteriak: "lni Natsir, tokoh Islam. Dulu mau dirikan negara Islam, saya penentangnya!" Tak cukup itu. Beberapa kali lagi ia memotong pidato Natsir. "Seratus duapuluh juta rakyat Indonesia di belakangnya, sekarang," katanya. Tak jelas bagaimana ia mengambil jumlah itu. "Dia bahkan lebih penting dari sepuluh menteri. Saya sangat gembira dia hadir di sini, hari ini," katanya. Seusai Prof. Sunario pidato, si Oom buka mulut lagi. "Atmosfir di gedung ini bersemangat, " katanya. Dan R . Naleman, yang tadi kena gasak, memberi komentar: "Oom No memang emosional. Tapi punya idealisme yang tak bisa dibeli," katanya. "Saya sendiri sudah biasa didampratnya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus