SUARA Gubernur Jawa Tengah Ismail rupanya mudah mendatangkan uang. Akhir Agustus lalu, seseorang menelepon kantor Proyek Jeratun Seluna di Semarang. "Halo, di sini Gubernur Ismail. Tolong sediakan uang Rp 150 ribu untuk sangu empat petugas Opstibpus yang memeriksa proyek Jeratun Seluna di Sragen." Karena suara itu mudah dikenali, pimpinan proyek, Ir. Sakdoen, langsung menjawab, "Baik, Pak." Suara di telepon itu masih berlanjut, "Nanti uangnya biar diambil suruhan saya." Lagi-lagi Sakdoen menjawab, "Ya, baik, Pak." Setengah jam kemudian, seorang pemuda kurus berkulit kuning yang mengaku utusan Ismail mengambil uang itu. Sakdoen langsung menyerahkannya. Ternyata, kemudian, tak ada petugas Opstibpus yang meninjau proyek itu. Toh, Sakdoen tak mempersoalkan uang itu. Lalu, Senin pagi, 15 Septmber, tiga hari setelah devaluasi. Bank Umum Nasional Cabang Semarang menerima telepon yang mengaku dari Gubernur Ismail dan suaranya memang persis. "Gubernur Ismail di sini. Gimana, banyak untung, 'kan? Tolong, deh, saya butuh bantuan Rp 2,5 juta. Nanti uangnya biar diambil suruhan saya," bunyi telepon itu. Kebetulan sekali, yang menerima telepon itu bukan pimpinan bank, sehingga ia tak bisa memberi keputusan segera. "Gubernur" ternyata rendah hati, ia berjanji akan menelepon lagi. Staf pimpinan bank yang menerima telepon tadi, rupanya takut juga kalau permintaan Gubernur ini tak dipenuhi segera. Ia mendahului mengontak Gubernur Ismail, menanyakan kapan uang itu akan diambil. Telepon diterima staf Ismail, Lettu Prapto. "Wah, Bapak 'kan tidak di kantor. Bapak meresmikan gedung BPD Semarang," jawab Prapto. Maka, Prapto segera menemui Ismail, lalu berbisik diceritakan perihal tadi. Ismail langsung marah-marah. "Saya meminta uang? Macam-macam saja. Jebak orang itu." Gubernur palsu benar saja menelepon pihak bank lagi, dan permintaan, tentu saja, disanggupi. Setengah jam kemudian, seorang lelaki penganggur, Antonius Bambang Kristanto muncul di bank dan mengaku utusan Ismail. Ia langsung ditangkap. Lelaki 33 tahun ini mengaku diimpit utang, dan pekan lalu perkaranya disidangkan di Pengadilan Negeri Semarang. Ia dituduh melakukan tindak kecurangan. Tapi bagaimana Bambang bisa menirukan suara Gubernur? Ternyata, orang ini sudah sering muncul di kantor ajudan Gubernur, sebagai kurir pengantar surat atau undangan dari Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia, Jawa Tengah. Barangkali ia mempelajari suara Ismail dari radio. Tapi bagaimana ia tahu bahwa Gubernur Ismail suka menelepon dalam urusan uang? "Jangan dikasih kesempatan orang-orang pengecut seperti itu, komentar Gubernur Ismail, yang tak berniat menambah tuduhan, misalnya pencemaran nama baik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini