APA hubungan antara zamrud dan pelangi? Minggu pekan ini di Gedung Nyi Ageng Serang, Jakarta, kedua hal yang mustahil bertemu itu jadi kebanggaan Sudiro, Wali Kota dan Gubernur Jakarta Raya tahun 1950-an. Yang pertama, yang menyebabkan lelaki 75 tahun itu menjadi mempelai untuk keempat kalinya, dengan pengantin yang itu-itu juga, yakni Siti Djauhari, 73 -- yang telah jadi Nyonya Sudiro mulai perkawinan mereka pada 1931. Malam itu memang dilangsungkan pesta yang disebut "kawin zamrud". Ini termasuk jarang terjadi karena hanya dilakukan ketika usia perkawinan mencapai 55 tahun. Yaitu setelah kawin perak dan kawin emas -- dan mengapa tak disebut, umpamanya, kawin platina, entahlah. Dan pelangi itu adalah judul buku, persisnya Pelangi Kehidupan. Yakni kumpulan tulisan Sudiro yang pernah dimuat di berbagai media massa. Tokoh ini memang punya pengalaman menulis. Yaitu pada 1930-an, di Yogyakarta, ia menjadi wartawan sebuah koran harian. Yang dihimpun tentu saja tak cuma tulisan sebelum Perang. Juga yang kemudian, dan tentang banyak hal. "Pokoknya, tentang apa saja yang ada di kehidupan ini," tutur Sudiro, yang kini menjadi Ketua Umum Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI). Antara lain ia menulis masalah yang menyangkut pensiun, resep umur panjang, dan topik-topik lain yang sedang hangat. "Termasuk politik," tambahnya. Namun, Pelangi malam itu belum hadir, masih akan. Ayah lima anak, kakek 15 cucu, dan buyut dua cicit ini mengaku tak henti-hentinya memanjatkan puji syukur kepada Tuhan. "Di usia senja ini, selalu didampingi orang yang saya cintai dan saya hormati," ucapnya. Yakni Nyonya Sudiro. Masih akan adakah pesta kawin lagi, umpamanya kawin uranium?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini