Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak aktif menjadi psikiater pada pertengahan 2016, Nova Riyanti Yusuf mengalami banyak kejadian menarik. Suatu sore, ketika ia sedang melakukan kunjungan bangsal, seorang pasien yang kondisinya akut berguling-guling di lantai, menangis minta pulang, dan melemparnya dengan botol air mineral. ¡±Akhirnya, dia kelelahan dan mulai terdiam. Saya pun berdiri mendekat. Dia memeluk saya erat sampai baju saya rasanya basah kuyup dengan air matanya,¡± kata Nova, 39 tahun, Jumat pekan lalu.
Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Cabang DKI Jakarta ini pun pernah mendapat pesan WhatsApp dari pasien pria yang mengalami manik (rasa senang tak terkendali) yang mengajaknya menikah. "Itulah mengapa jadi dokter jiwa itu jiwanya harus selalu sehat, ha-ha-ha...," ujar Wakil Ketua Komisi IX-yang antara lain membidangi kesehatan-Dewan Perwakilan Rakyat periode 2009-2014 itu.
Setelah tak menjadi anggota Dewan, Nova ingin pensiun dari rutinitasnya, berfokus membaca koleksi bukunya, serta melakukan perjalanan ke Jamaika dan Kuba untuk menyelesaikan novel terbarunya. "Tapi muncul kegelisahan, sesungguhnya saya belum pernah mengabdikan ilmu saya sebagai dokter spesialis kesehatan jiwa," ujar Nova, yang sehari-hari bertugas di Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerdjan, Grogol, Jakarta Barat.
Akhirnya, ia menjadi research scholar di Harvard Medical School (Department of Global Health and Social Medicine) selama enam bulan dan mendapat diploma mental health implementation research. Seorang profesornya mendorong Nova kembali aktif di bidang klinis. Sekembali ke Indonesia, ia mengikuti studi S-3 di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Lalu ia aktif menjadi psikiater mulai pertengahan tahun lalu. Langkah-langkah itu untuk membayar kegelisahannya karena, setelah lulus pendidikan dokter spesialis ilmu kedokteran jiwa Fakultas Kedokteran UI pada 2009, ia langsung masuk parlemen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo