Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DEMI mencari inspirasi, Nova Riyanti Yusuf kerap menyambangi tempat-tempat yang berhubungan dengan penulis legenda ris. Sabtu dua pekan lalu, Noriyupanggilan Novamemanfaatkan undangan sebagai pembicara seminar di Beirut Arab University, Libanon, untuk "sowan" ke Kahlil Gibran. Tepatnya, mengunjungi The Gibran Museum di Bsharri, 120 kilometer dari Beirut. "Semoga ketempelan romantisismenya," kata Nova kepada Tempo, Rabu pekan lalu.
Memasuki bangunan bekas biara tersebut, senyum Nova, 40 tahun, perlahan raib. Dia tidak mengira museum tersebut juga merupakan kuburan penyair legendaris itu. Di sebuah ceruk tembok di ruangan remang-remang, bersemayam peti mati berisi jenazah sang maestro, yang meninggal 87 tahun silam. Psikiater yang juga mantan anggota Dewan itu makin ketakutan saat melihat tata cahaya yang menampilkan bayangan Gibran di ruangan yang memamerkan tempat tidurnya.
Niat Nova membaca Al-Fatihah untuk sang legenda tak terwujud. "Karena merinding, malah mau baca Ayat Kursi. Itu pun blank. Enggak bisa ter-lafadz-kan," ujarnya, tertawa.
Nova mendatangi museum Gibran untuk mencari ilham. Dia butuh inspirasi untuk melanjutkan penulisan novelnya, Saudade. Kisah asmara tersebut tidak kunjung rampung sejak dia tulis saat mengikuti Visiting Scholar Program di Harvard Medical School, Amerika Serikat, tiga tahun lalu. "Penerbit sudah ngelus dada, nih," tuturnya. Sebelumnya, Nova penulis produktif. Di antara karyanya adalah Imipramine: Novel (2004), Libido Junkie: a Memoir for the Radical (2005), dan Interupsi! The Other Side of the Story (2015).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo