Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JUDUL filmnya boleh adem, Guru Ngaji, karya Erwin Arnada. Namun Donny Damara membayar perannya dengan luka-luka. Berperan sebagai guru ngaji yang merangkap badut di pasar malam, Donny mesti menguasai sepeda roda satu. Dia butuh dua bulan untuk bisa mengayuhnya. "Selama belajar, pasti jatuh. Lutut ke bawah pasti lecet," ujar Donny, 51 tahun, di Gedung Tempo, Jakarta, Jumat tiga pekan lalu.
Aktor terbaik Festival Film Indonesia dan Asian Film Award 2012 itu juga dituntut berlaga di tong setan. Untuk itu, dia berlatih dua pekan. Mentornya, ya, pemain tong setan. Donny mengatakan sang guru tidak berbicara banyak. "Sing penting ngene yo (begini ya), Mas. Enggak boleh ngut...ngut...," katanya, mengulang ucapan pelatihnya, meniru suara motor ngadat. "Pokoknya, yakin ae (saja)!"
Sempat ragu, Donny pun membetot tuas gas sepeda motornya di arena roda gila. Tunggangannya melaju kencang. Berputar-putar di dasar tong, sebelum meninggi. Gaya sentrifugal membuatnya berseliweran di dinding seperti cicak. Donny ternyata menyukai roda gila. "Rasanya semua endorfin (hormon bahagia) keluar," ucapnya.
Film teranyarnya itu tayang mulai Kamis pekan ini. Donny berperan sebagai Mukri, pengajar Al-Quran. Karena tidak mendapat bayaran, Mukri nyambi menjadi badut untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo