IIN Parlina, yang biasa berdendang lembut, tiba-tiba berteriak lantang. "Kalau sudah besar nanti, aku ingin menjadi perampok. Akan kubeli teve seperti ini," teriaknya. Seburuk itukah cita-cita keluarga Bimbo ini? Tentu saja tidak. Apalah artinya sebuah televisi buat Iin. Ia hanya membaca sajak. Karena sajak itu dibaca di panggung Graha Bhakti Budaya TIM Jakarta, Jumat pekan lalu, ia tak bisa bersuara lembut. Puisi itu karya Leon Agusta, yang berkisah tentang anak-anak dari keluarga miskin yang ingin nonton Chicha Koeswoyo di TV milik tetangga. Berhubung yang punya TV galak, mereka menonton dari balik jendela. Pemilik TV marah, lalu anak-anak itu disiram air panas. Mereka berteriak. Pembacaan sajak ini dikaitkan dengan peringatan Hari Ibu, karena itu bertemakan wanita dan peranannya. Iin tak sendirian, tentu saja. Karena ini profesi baru, Iin mempersiapkan diri cukup lama. Jauh sebelumnya ia sudah komat-kamit di kamar tidur, di kamar mandi, di mana saja. Suatu kali anak bungsunya sampai heran. "Bunda, ngapain sih, kok ngomong sendirian?" tanya si bungsu, seperti yang dituturkan Iin. Sebelum ke TIM, ibu tiga anak ini juga bertandang ke rumah Sutradara Arifin C. Noer. Ya, untuk komat-kamit. "Agar tak mengecewakan. Kalau membacanya jelek, 'kan puisinya jadi rusak," kata Iin Parlina kepada Sri Pudyastuti dari TEMPO. Ternyata, memang tak jelek. Penonton memberi tepuk yang gemuruh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini