DI Jakarta, Mr. Sunario bersaing melawan Halley. Setidaknya di lokasi perkemahan Cibubur bekas menteri luar negeri itu pekan lalu menjadi perhatian mereka yang hendak mencegat komet 76-tahunan itu. Pasalnya, ia pada Jumat dinihari itu, dalam usia sudah 84 tahun, menjadi tamu penting Himpunan Astronomi Amatir Jakarta yang menyelenggarakan piknik malam hari ke perkemahan itu. Malam itu dialah satu dari tiga orang yang untuk kedua kalinya akan memandang bintang berekor. Di lapangan terbuka, di bawah langit yang bersih dan udara dingin lewat tengah malam, Sunario dengan lancar bercerita pengalaman pertamanya dulu. Di kota kelahirannya, Madiun "Waktu itu saya hampir berusia delapan tahun," tutur anak sulung dari 14 bersaudara ini,"melihat Komet Halley di arah timur kota. Saya senang sekaligus terheran-heran. Komet itu menurut saya sangat hebat dan menyeramkan." Lantas, "Karena orang Jawa itu aneh-aneh, maka komet yang baru belakangan saya ketahui bernama Halley itu dikaitkan dengan ramalan-ramalan keadaan," tambah keturunan bangsawan Jawa ini. Ada yang mengatakan kiamat segera tiba. Dan waktu itu, 1910, memang tengah berjangkit wabah tifus, kolera, pes, dan influensa. Ia sendiri tidak terkena. Hanya ia ingat "Beberapa tahun sesudah itu terjadi Perang Dunia." Kali ini ia merasa tidak tergetar. Dibanding dua tamu tua lain Slamet dan Sidito, yang lebih muda darinya, Sunario dianggap paling andal menceritakan pengalamannya 76 tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini