PENYAIR Rendra pekan lalu membuat penonton Jerman dag-dig-dug. Sudah 10 menit ditunggu-tunggu, Rendra belum juga muncul. Maklum, orang Jerman terkenal disiplin waktu. Hari itu Rendra mendapat giliran presentasi dan membacakan sajaknya di hadapan sekitar 200 peserta dan 30 penulis peserta International Literature III di Erlangen, Jerman. Adalah Rainer Carle, penerjemah sajak-sajak Rendra dalam bahasa Jerman, yang tampak paling gelisah. ''Jantung saya mau copot,'' katanya. Untung, moderator pintar menenangkan penonton dengan gurauan. ''Sabar, tadi pagi saya bertemu dengannya sarapan pagi di hotel, jadi saya yakin dia tak menguap begitu saja.'' Penonton tertawa. Bersamaan dengan itu, datanglah Rendra tergesa-gesa menerobos ruangan. Sementara penampil lain (semuanya penulis) sibuk memberikan kata pengantar tentang karya yang akan dibacakannya, Rendra memilih ogah bertele-tele. Menurut wartawan TEMPO Leila S. Chudori, yang juga hadir sebagai peserta di situ, tanpa basa- basi Rendra langsung beraksi membacakan sajak-sajaknya. Antara lain: Orang-Orang Miskin, Sajak Tahun Baru 1990, dan Rick dari Corona. Kendati sajak itu dalam bahasa Indonesia, penonton tampak terpukau dan menikmati apalagi ada enam penerjemah profesional yang menerjemahkannya secara langsung melalui alat earphone bagi penonton yang tak mengerti bahasa Indonesia. Malam harinya, lain lagi. Rendra, yang harus manggung di Teater E-Werk Fuchsenwiese dengan beberapa sastrawan lain, malah harus menunggu. Ia ditempatkan di urutan hampir terakhir, hingga ia harus menunggu gilirannya di belakang panggung. ''Lama betul,'' gerutunya sambil menguap. Untung, ia tak tertidur, dan ketika gilirannya tiba, burung merak yang mengenakan celana jins dan kemeja jins biru itu segera meloncat ke atas panggung membacakan Nyanyian Angsa dan Khotbah di muka 700 penonton yang berdesakan. Penyair dan penyanyi Afrika Selatan, Vusi Mahlasela, begitu terpesona melihat pertunjukan Rendra, hingga ia mengaku terinspirasi. Usai Rendra manggung, Vusi menutup acara dengan lagu yang, ''Baru saja tercipta karena terdorong oleh pembacaan sajak Rendra yang sangat menyentuh. Ini saya dedikasikan untuk rekan penyair Rendra,'' katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini