KETIKA berangkat ke Singapura untuk bertanding dengan regu
bulutangkis RRC bulan lalu, Dhany Sartika, 28 tahun, tidak tahu
bahwa ayahnya di Sukabumi meninggal -- Kamis 21 Februari.
"Orang-orang sudah mengusulkan agar saya diberitahu. Tapi ibu
saya bilang, ah, ini 'kan urusan keluarga. Biarkan Dhany
membereskan urusan negara," tutur Dhany, seraya wajahnya tampak
nelangsa.
Ayah pemain badminton kidal itu, Yong Yun Tan, menurut sang anak
terkenal di daerah Cianjur, Bogor, Bandung dan Sukabumi sebagai
sinshe yang tak mau dibayar. "Kalau diberi makanan mau," ujar
Dhany. Ia sendiri tak pernah lupa membawa obat bikinan ayahnya.
Namun di Singapura itu, "saya merasa gelisah saja."
"Ayah selalu mengajak saya menengok kakak yang ada di daratan
Cina. Tapi saya bilang nanti saja, bulan Mei. Tapi ayah keburu
meninggal padahal sudah bikin paspor dan menghabiskan biaya Rp
200 ribu. Saya memang selalu menunda-nunda," katanya lagi,
tampak menyesal.
Menurut Dhany, ayahnya memang seperti sudah mendapat firasat.
Diam-diam membikin 3 buah foto besar untuk kenang-kenangan, beli
peti mati, dan beli tanah untuk kuburan.
Keluarganya sejak "zaman normal" tinggal di Sukabumi -- dengan
sebuah toko yang diurus si ibu. Kenangan terakhir Dhany ialah:
ketika 28 Desember tahun lalu ia merayakan ulangtahun ke-28. Ia
minta kedua orang tuanya menyaksikannya makan. Dan Dhany meminta
maaf serta mengucapkan terima kasih atas segala yang telah
diberikan ayah dan ibunya.
Kini hanya ada satu cita-cita di hatinya menjadi juara
pertandingan All England.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini