SEKALI ini penyanyi Maryantje Mantouw, 29 tahun, harus meninggalkan lagu cinta. Ia dapat order untuk menyanyikan beberapa lagu perjuangan, maklum menjelang Hari Pahlawan. Antje mengaku, ada lagu yang belum pernah dlkenalnya seumur-umur. Ia mendendangkan beberapa lirik. Teringat kau temanku/di ketika hidupnya/kami saling bercumbu/mendendangkan dendam muda. Lalu Antje ketawa, "Dendam muda, ha ... ha ... ha .... Bahasanya itu aneh, lho. Lagu itu judulnya Terkenang Kaan. Lagu-lagu perjuangan ini antara lain Kopral Djono, Rayuan Pulau Kelapa dan Terkenang Kawan -- dipesan dan diedarkan oleh, jangan kaget, Bank Central Asia (BCA). Adalah Direktur Utama BCA, Abdullah Ali yang punya inisiatif memilih lagu dan penyanyinya. Lagu-lagu ini diharapkan dapat membangkitkan semangat," kata Abdullah Ali. Tapi kaset itu tidak dijual untuk umum. "Kami bagikan kepada nasabah, kalangan pemerintah yang ada kaitannya dengan bank, dan wakil-wakil rakyat." Abdullah Ali sempat kurang puas dengan rekaman pertama. Lalu ia mengundang penyanyi lagu-lagu itu -- ada empat, Antje hanya salah satu -- ke kantornya. Di situlah Abdullah Ali memberi petunjuk dan menyanyikan lagu itu. "Akhirnya dia menyanyi, kita yang merekam," ujar Antje. Rekaman itu dipelajari Antje di rumahnya. Maka, kini Antje bisa berkata, "Setengah mati bikinnya. Supaya nggak diprotes sama generasi tua." Dan penyanyi ini lalu menyimpulkan, "Lagu lama lebih berbobot. Nadanya nggak datar seperti lagu sekarang." Baru tahu, ya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini