KAWIN emas dan kawin perak, itu biasa. Kawin perunggu, belum pernah terdengar karena perkawinan beda dengan olimpiade. Tapi, kawin mutiara? Itu ada, seperti yang dirayakan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Prof. Dr. Emil Salim, Senin pekan lalu. Usia perkawinan ini adalah 30 tahun. Emil Salim pun membandingkan dirinya dengan pohon, sesuai dengan bidangnya. "Kalau pohon itu setiap tahun bertambah tinggi satu sentimeter, maka setelah 30 tahun, diameter tubuh kami bertambah 30 sentimeter," kata Emil. Pesta kawin mutiara itu tak mengundang siapa-siapa, kecuali kerabat dekatnya. Ketika kerabatnya minta kesan-kesan, Emil agak malu-malu. "Dia sejak dulu begitu. Apalagi dengan wanita, tidak akrab," ujar Roosminnie Roza, alias Nyonya Emil. Emil muda, cerita pendamping setianya, tak begitu pintar pacaran. Ia kos di rumah orangtua Roosminnie di Bogor. Lha, Minnie sendiri sekolahnya di Jakarta, masih SMP. Setiap akhir pekan Minnie pulang dan ia meminta bantuan Abang Emil untuk mengerjakan PR. Dari mana datangnya cinta, ya, dari PR turun ke hati. Usai menggarap PR, karena Emil tak bisa ngobrol, ia petik-petik gitar. Minnie yang menyanyi. Dan cinta berlanjut di Jakarta. Emil kuliah di Fakultas Ekonomi UI, sementara Minnie jadi murid di SMA St. Ursula. Delapan tahun mereka pacaran, terhitung sejak di Jakarta itu. Soalnya, Minnie tak mau kawin sebelum Emil menyelesaikan kuliahnya. Lha, repotnya Si Abang ini tak selesai-selesai kuliahnya, karena larut dengan organisasi kemahasiswaan. Akhirnya, mereka menikah setelah Emil lulus, 1958. Dan pohon itu semakin tinggi sekarang, beranak dan bercucu. "Selama hidup dengan Emil saya lebih banyak senang daripada susahnya," kata si penjaga pohon, Nyonya Roosminnie Emil Salim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini