JON Bon Jovi dan Tico Torres pekan lalu datang ke Jakarta. Bukan untuk show. Mereka cuma mempromosikan album barunya, Keep The Faith. Album ini dengan warna musik baru dan Bon Jovi tampil lebih galak. Kok bisa? Dan ini kisah kilas baliknya. Grup rock Bon Jovi, yang telah berkiprah sejak 1984 dan menghasilkan dua album platinum (Bon Jovi dan 7800 Fahrenheit), membubarkan diri dua tahun lalu. Padahal mereka kaya-kaya. Begitu grup tersebut bubar, Richie Sambora, David Bryan, dan Alec John Such tetap setia pada musik. Tapi Jon Bon Jovi memilih menjadi petualang di atas sepeda motornya, Harley Davidson. Jovi merasa bahwa hotel luks, mobil limusin yang mewah, bukan ukuran kepuasan. Akhirnya ia asyik melintasi Amerika dengan motornya. Ia singgahi kota-kota kecil yang tak ada di peta, atau tidur di hotel kelas US$ 25 -- dan kalau perlu pasang tenda sendiri. Dan Jovi merasa "menikmati hidup". Lebih-lebih setelah Jovi bisa membaur dengan pekerja tambang untuk minum wiski Meksiko sambil main lempar dart (anak panah). Ia juga merasakan gurun Texas yang kering dan sulit air. Tak hanya itu. Jovi bahkan menangkap yang esensial: suramnya ekonomi di beberapa negara bagian AS. "Hal itu membuat saya sedih," kata Jovi. Pengalaman-pengalaman tadi ditulis Jovi dalam lagu. Ia pun kembali menyatukan anggota grup Bon Jovi, dengan semangat baru. Inilah hasilnya, Keep The Faith. "Kami lebih matang," kata Bon Jovi di Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini