SEWAKTU, masih menjadi anggota DPR-RI, Abdullah Eteng, 66
tahun, biasa jogging tiap hari. Setelah di-recall dari fraksi
PDI September lalu, tokoh yang dikenal suka bicara blak-blakan
ini "pulang kampung" ke rumahnya di Tanjung Morawa, 14 km dari
Medan. Ia punya dua hektar kebun cengkih dan kelapa di sini.
Sejak itu Pak Abet, nama panggilannya, tak pernah lagi lari
pagi. Wakunya dihabiskannya berdiskusi dengan para mahasiswa
yang sering mengunjunginya, atau membaca 250 kg buku yang
dibawanya dari Jakarta.
Mungkin itu yang menyebabkan kesehatannya mundur. Akhir November
lalu dalam keadaan tak sadar ia dibawa ke Rumah Sakit Herna,
Medan. Jantungnya mengalami gangguan. Setelah sekitar dua pekan,
begitu merasa kesehatannya mulai pulih, ia segera minta izin
pulang. Alasannya: "Kalau tak pulang, jantung saya ini bisa
semakin kumat."
Ternyata bekas Bupati Kabupaten Asahan, Labuhan Batu dan Deli
Serdang ini ngeri membayangkan biaya pengobatannya di rumah
sakit. "Biaya kamar saya sehari Rp 30 ribu. Belum lagi biaya
pemeriksaan dan obat. Satu bulan di sini saya bisa kena Rp 1
juta. Dari mana saya punya uang sebanyak itu?" katanya ketika
ditemui di rumah sakit.
Ternyata tak sampai sebulan ia dirawat, Sabtu 19 Desember lalu
dokter membolehkannya meninggalkan rumah sakit. Namun ia
dilarang lagi merokok -- sebelumnya ia biasa membakar 70 batang
sehari, dan minum bir.
Ada satu hal lagi yang masih membuatnya pusing. Sebelum sakit,
selama sebulan ia tak berhasil mengurus perpindahan penerimaan
pensiunnya sebagai bupati dari Jakarta ke Medan. "Padahal waktu
sebagai anggota parlemen saya mengurus perpindahan itu dari
Medan ke Jakarta, cuma makan tiga jam," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini