Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasyim Muzadi, 61 tahun, mampir di Melbourne pada 24 September lalu seusai meresmikan Nahdlatul Ulama Cabang Canberra. Konsul Jenderal Indonesia di Melbourne, Wahid Supriyadi, melangsungkan acara ramah-tamah untuk Hasyim. Hadir 30-an warga Indonesia. Suasana amat santai. Gelak tawa sudah pecah sejak awal acara tatkala Wahid mengenalkan Hasyim sebagai ”mantan calon presiden”, lalu ganti menunjuk sosiolog Arief Budiman yang disebutnya ”mantan disiden yang sudah insaf”.
Soal politik tak ada dalam ”menu bicara” malam itu. Tapi Hasyim tak bisa menghindar ketika topik beranjak ke isu-isu Islam garis keras. Apalagi Pak Kiai punya simpanan ceritera soal ini. Suatu ketika, serombongan pendemo menuntut penutupan satu gereja dekat gedung PBNU. Dia mengundang mereka ke kantornya. Mereka datang berduyun-duyun dengan wajah galak. ”Sampai-sampai polisi mengira saya yang didemo,” ujarnya seperti yang dikutip oleh wartawan Tempo Dewi Anggraeni.
Terjadi dialog. ”Saya tanya mereka, kalau benar kalian muslim, kok galak-galak amat? Memangnya ada ajaran kalau mau mendapat pahala besar ha-rus marah-marah?” ujarnya. Para pendemo pun bubar. Lalu Hasyim membagi resep -”ikan asin”-nya kepada hadirin: ”Kalau mau mengurangi rasa asin ikan asin, rendamlah di air garam, jangan di air tawar.” Yang artinya…, umat Islam-lah yang ha-rus menangani bila ada kelompok Islam yang berkeras menutup rumah ibadah agama lain. n
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo