LEBIH dua minggu ini Ny. Iravati Sudiarso terpaksa jadi orang
kalem di tempat tidur RS St. Carolus, Jakarta Pianis terkemuka
itu dikenal juga sebagai pekerja yang ulet. Selain menjabat
salah satu Ketua Dewan Kesenian Jakarta, ia juga mengajar di
LPKJ, lalu di Yayasan Pendidikan Musik di Manggarai, dan di
rumah pun ia mengajar.
Sampai-sampai menurut suaminya, sehari-hari ketemu cuma kalau
mau tidur. "Namanya ibarat kita punya kamera, masa tidak
dipakai? 'Kan bisa karatan", kata Ny. Iravati mengenai
pengetahuan musiknya yang sayang bila ia sia-siakan.
Ibu 4 anak ini, sekarang berumur di awal 40-an, sudah main piano
sejak usia 5 tahun. Sempat mencicipi pendidikan di The Royal
Conservatory of Music di Den Haag, dan memenangkan hadiah
pertama untuk prestasi musiknya sehingga dapat bea siswa
melanjutkan ke Peabody Conservatory di Baltimore, AS, sampai
mencapai gelar master di tahun 1964.
Di Baltimore itu pula (1962) ia meraih The Florence Solomon
Memorial Award, yang merupakan penghargaan tertinggi untuk
permainan piano terbaik. Tahun itu juga ia dicatat sebagai
pianis Asia pertama yang dapat kehormatan main di Philharmonic
Hall, New York. Ia kemudian tampil di Washington, Boston dan
Honolulu.
Berperawakan langsing, Ny. Iravati, yang hampir tiap tahun jadi
juri Festival Film Indonesia, bukan tak pernah sakit -- bahkan
terbilang rajin makan obat. "Tapi hampir tak pernah istirahat
benar," tutur suaminya, "sehingga sekali sakit yang agak berat,
jadi ndak punya tenaga cadangan." Dan Ny. Iravati memang tak
senang tinggal diarn. Di tempat tidurnya ada sebuah radio-kaset.
"Buat dengar berita kalau pagi, dan kalau belum bisa tidur
dengar kaset biar nggak kesepian," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini