Sapardi Djoko Damono: Serba Tujuh

Angka tujuh mewarnai perayaan ulang tahun penyair Sapardi Djoko Damono. Selain usianya menginjak 77 tahun pada 20 Maret 2017, ia meluncurkan tujuh buku sekaligus--enam buku puisi dan novel kedua dari trilogi Hujan Bulan Juni.

Sapardi mengatakan kombinasi angka itu kebetulan belaka. "Orang bisa percaya takhayul bahwa angka tujuh itu bagus, maka usia 77 tahun itu artinya bagus-bagus," ujarnya dalam perayaan ulang tahun dan peluncuran bukunya di Bentara Budaya Jakarta, Rabu pekan lalu.

Penyair kelahiran Solo ini tak mau berhenti berkarya di usia tua. Justru membaca dan menulis adalah cara Sapardi terus eksis di dunia sastra dan melawan kepikunan. "Saya bisa menulis di mana saja ketika ide muncul, bisa saat di toilet, atau bahkan mencorat-coret tembok dengan pensil," katanya.

Sapardi tahu betul bagaimana caranya tetap awet muda. Saat peluncuran tujuh bukunya, ia tampil di panggung sambil menebar humor yang membuat semua penonton, yang kebanyakan muda-mudi, ger-geran.

Misalnya ketika ia ditanya alasan memberi judul trilogi Hujan Bulan Juni. Ia menyebutkan bulan tersebut identik dengan musim kemarau panjang. "Kalau saya memberi judul Hujan Bulan Desember, tak akan ada yang datang dan tanya ke saya," tuturnya. Sapardi juga menolak memilih salah satu dari tujuh buku yang baru dirilis. "Novel terbaik saya belum ditulis."

Lelucon itu agaknya membuktikan apa yang dikatakan budayawan Goenawan Mohamad dalam sambutannya di perayaan ulang tahun Sapardi. Goenawan mengatakan Sapardi tidak berulang tahun. "Sapardi merayakan kelahirannya kembali," ujar pria 75 tahun itu.

Selain Goenawan, beberapa tokoh dan pesohor hadir dalam perayaan itu. Ada aktor Slamet Rahardjo, penyair Joko Pinurbo, pemandu acara Tina Talisa, dan komedian Maman Suherman.