MENTERI P & K Wardiman Djojonegoro, 58 tahun, segera menanggalkan masa dudanya. Ia akan menyunting wanita lajang, Atie Wagiarti Soekandar, 41 tahun, dosen fakultas kedokteran Unpad, Bandung. Kisah kasihnya unik juga. Awalnya, Wardiman, doktor lulusan Institut Teknologi Delft, Belanda, yang waktu itu menjabat Deputi Ketua Bidang Administrasi BPPT, diperkenalkan oleh temannya kepada Atie, doktor lulusan Universitas Berlin, Jerman. Keduanya kontan akrab. ''Mungkin karena tingkat pemikiran kami sama,'' kata Wardiman, mengenang. Repotnya, Wardiman mengaku sudah lupa cara berpacaran. ''Jadi, telepon-telepon saja,'' katanya. Berkat telepon gencar itu, ia berhasil mengajak Atie ke kafe di Hotel Homann, Bandung. Kesan pertamanya? ''Anggun,'' kata Wardiman. Tapi, ''Sok intelek.'' Namun, Wardiman penasaran. Ia lantas menyurati Atie. Tapi surat itu tak dibalas Atie. Kiriman bunga anggrek merah dari Wardiman pada hari ulang tahun Atie pun disambut biasa-biasa saja. ''Saya tidak membenci laki-laki, apalagi menentang perkawinan. Ini karena sudah lama saya putuskan tak akan menikah,'' kata Atie, memberi alasan. April lalu, di suatu kesempatan, Wardiman memberanikan mencium pipi kekasihnya. Tak lama kemudian, sang kekasih, yang salut dengan keteguhan dan kegigihan Wardiman, membisiki: ''Ya, saya bersedia menikah.'' Dan dua pekan lalu, Wardiman menghadap Pak Harto, memberitahukan rencana pernikahannya, 29 Mei nanti. Pekan lalu, Atie ke Amerika untuk berkenalan dengan ke-empat anak Wardiman yang sekolah di sana. Perkawinan itu bagi Atie terasa, ''Serba mendadak dan gamang.'' Bagaimana perasaan Menteri? ''Dag-dig-dug,'' katanya pendek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini