Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Selalu Dilanda Banjir

Rumah Sumarno di kebun sirih (1960-1964) yang sudah ditempatinya puluhan tahun, selalu dilanda banjir. selama jadi gubernur ia tak mampu menanggulangi banjir. ia ingin mengatasi soal sampah. (pt)

21 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEKAS Gubernur Sumarno (tahun 1960-1964) rumahnya di Kebon Sirih Jakarta. Rumah ini, sudah puluhan tahun ditempatinya, sebelum dan sesudah dia jadi gubernur. Setiap tahunnya, selalu mendapat jatah banjir. Tentu saja awal tahun ini, rumahnya tidak luput digenangi air. Bahkan dia mendapat bagian jadi salah satu tukang timba air banjir. Pernah, nyonya Sumarno pada suatu hari menelepon yonya Sudiro (waktu itu masih jadi Walikota) dan berkata: mBakyu, Mas Diro itu kerjanya apa saja sih, kok rumah saya banjir melulu. Sumarno mendengar keluhan isterinya kontan dagdigdug. "Kok isteri saya berkata begitu. Kalau saja jadi Gubernur, belum tentu bisa menyelesaikan soal banjir. Dan begitulah. Tiga tahun kemudian Sumarno jadi gubernur menggantikan Sudiro. "Dan saya tidak bisa menyelesaikan banjir", diakuinya, "untuk mengatasi banjir di Jakarta, harus spesial didatangkan ahli banjir". Sementara pekarangan rumahnya dibuat tinggi 'sebagai tanggul, yang toh terus kebobolan"' Sehingga tidak jarang Sumarno yang berpakaian gubernur harus jalan lewat loncatan kursi dan batu bata, di pagi hari menuju kantornya. Kini usianya telah 65 tahun. Ketika jadi gubernur, dia menamakan dirinya gubernur sampah. "Saya ingin sekali mengatasi soal sampah", ujarnya lagi, "soal sampah adalah soal manusia". Sering dia turun tangan sendiri, sebab menurut Sumarno, sampah itu sama seperti makanan, yang harus diladeni setiap hari. Keaktifannya sekarang selain buka praktek dokter ("untuk nafkah saya"), jadi pengurus 3 yayasan: Pemberantasan Penyakit Paru-Paru, Budi Kemuliaan dan Perguruan Trisakti. Anaknya ada 7 orang dan telah jadi "orang" semua mulai dari insinyur perkapalan sampai ada yang jadi pengusaha restoran ayam goreng dengan nama Mang Pepen. Semua kegiatannya ketika jadi Gubernur tersusun rapi dalam dokumentasi pribadi. Ada niat menulis buku, tetapi tetapi tentang dokumentasi dia berkata: "Bertambah tua dokumentasi ini bertambah penting.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus