MENURUT Penulis La Rose, 52, dalam seminar yang diselenggarakan majalah Famili di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, pekan lalu, ada tiga masa rawan dalam perkawinan. Pertama, tahun-tahun awal pernikahan, karena masing-masing sukar untuk tampil seperti dalam masa pacaran. Kedua, ketika perkawinan berusia tujuh tahun. Tak jelas kenapa dipilih jangka waktu tujuh tahun tapi, yang pasti, menurut La Rose, kerawanan pada masa ini disebabkan suami dan istri tiba-tiba merindukan sesuatu yang baru. Ketiga, masa rawan ini muncul setelah perkawinan mencapai usia empat puluh tahun, dan penyebabnya adalah "kejenuhan". Lantas, apa ada resep menjinakkan masa rawan? Kuncinya ujar La Rose, suami istri harus terbuka dan saling pengertian. "Saya selalu bicara kepada suami tentang acara yang bisa saya ikuti," kata La Rose. "Tidak jarang dia yang memutuskannya." La Rose, yang rambutnya dibiarkannya memutih, tak percaya bahwa senam atau minum jamu mampu mengatasi kerawanan dalam perkawinan. "Kecantikan itu adalah pancaran pribadi. Sekalipun Anda minum jamu berton-ton atau senam sampai suami kesal menunggu, itu tak akan membantu kalau kepribadian rusak," tuturnya. Konsekuen dengan ucapannya, begitu Titi Qadarsih selesai memperagakan senam kebahagiaan, La Rose memburu peragawati itu. Ia menyebut apa yang dilakukan wanita-wanita sekarang hanya membuat senang kaum lelaki saja. "Tapi senam itu 'kan untuk sehat, bukan cuma untuk 'itu' melulu," kata Titi Qadarsih, yang dalam peragaan senam banyak menyebut-nyebut tentang perlunya kekencangan urat di bawah perut untuk mengatasi kerawanan perkawinan. Entah mana kedua wanita itu yang benar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini