PANGERAN Norodom Sihanouk, 65 tahun, betul-betul orang panggung. Tak cuma panggung politik, juga panggung hiburan. Pada jamuan makan malam yang diadakan Presiden Soeharto di Istana Merdeka, Rabu malam pekan lalu, Raja Kamboja ini menyanyikan empat buah lagu. Lagu pertama yang dlpilihnya Bengawan Solo. Tak sehebat suara komponis aslinya, Gesang, namun tak pula dapat dikatakan suara Sihanouk itu jelek. Hadirin memberi sambutan hebat. Sihanouk yang sejak kecil suka opera ini melanjutkan lagu keduanya, Rek Ayo Rek. Rupanya, band pengiring terlalu rendah mengambil nada. Baru dua bait langgam Jawa itu dinyanyikan, Sihanouk berhenti. "Tolong, nadanya ditinggikan sedikit," kata Sihanouk dalam bahasa Inggris. Lalu, menyanyilah Sang Pangeran dengan lafal Jawa yang fasih. Pemimpin rakyat Kamboja yang pernah main film ini antara lain Two Murders in the Maginot Line -- tentu saja menyanyi tak pakai goyang. Satu tangannya memegang mike, satu tangan lagi memegang teks. Mungkin merasa kurang meriah, aktor politik itu meminta sederet penyanyi Indonesia mendampinginya dalam lagu ketiga. Kebetulan memang ada Henny Purwonegoro, Deasy Arisandi, Andi Meriem Mattalatta, Dewi Yull, dan Neno Warisman. Lagunya? Madu dan Racun. Hadirin pun, termasuk Presiden dan Ibu Tien Soeharto, bertepuk tangan. Pangeran yang ketika berkuasa memiliki band jazz ini semakin bersemangat. Dua tahun lalu, ia memang minta dikirimi kaset lagu-lagu Indonesia. Karena itu, ia tahu persis lagu apa yang dipakai penutup. Maka, mengalunlah Rasa Sayange. "Kalau ada sumur di ladang boleh kita menumpang mandi, kalau ada umur panjang, boleh kita berjumpa lagi ...," dendang Sang Pangeran, sebelum melakukan hormat gaya Kamboja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini