Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AKTOR kawakan Slamet Rahardjo ingin terus konsisten berada di jalur seni. Pria 75 tahun bernama lengkap Slamet Rahardjo Djarot ini mengaku sangat menikmati aktivitas berkesenian dengan nyaman dan tanpa tekanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi aktor yang telah membintangi puluhan film tersebut, menjadi seniman adalah kerja kemanusiaan. “Bagi saya, seniman menjalani inti sari kehidupan. Sampai sekarang, bahkan jika saya dilahirkan kembali, saya akan tetap menjadi seniman,” kata Slamet kepada Tempo, Sabtu, 14 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Slamet menuturkan, menjadi seniman adalah suatu keistimewaan karena bisa menyuarakan banyak hal lewat medium tertentu. Salah satunya melalui film dan panggung teater yang hingga kini masih ia geluti.
Misalnya saat ia didapuk sebagai Duta Festival Film Indonesia (FFI) 2024. Menurut Slamet, amanat yang ia emban itu tak hanya menjadi representasi film Indonesia. Ia juga ingin menyampaikan pesan bahwa seseorang mesti berperan sesuai dengan kapasitasnya dan secara proporsional.
“Bukan memaksakan yang tidak sesuai dengan keahlian atau kapasitasnya,” ujarnya. “Belum lagi masih banyak cerita film di Indonesia yang sudut pandangnya tidak jelas,” ucap aktor yang namanya mencuat lewat film Ranjang Pengantin (1974) dan Di Balik Kelambu (1983) tersebut.
Selain menjadi Duta FFI, Slamet sedang sibuk menyiapkan pementasan teater dengan lakon Dag Dig Dug karya Putu Wijaya. Dalam pertunjukan tersebut, ia menjadi pemeran sekaligus sutradara.
Belakangan, pemeran dalam film Siksa Kubur ini juga tengah berupaya menghidupkan Teater Populer peninggalan karib sekaligus gurunya, Teguh Karya. Kadang Slamet tidur di salah satu kamar di sanggar Teater Populer.
“Teater ini menjadi saksi bagaimana mendiang Teguh Karya betul-betul menjalankan nilai pluralisme dan hubungan antarmanusia secara nyata. Teater ini lahir dari cita-cita dan harapan dia yang terus eksis sampai sekarang,” tutur sutradara film Rembulan dan Matahari itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo