J IKA ingin tahu kiat membikin buku yang laris, bertanyalah pada Letnan Jenderal (Purn.) Soeyono, 60 tahun. Baru diedarkan sebulan, biografinya, Bukan Puntung Rokok, kini sudah ludes dan mesti dicetak ulang. Sengaja karya ini dijual Rp 65 ribu per buah. "Ini karena saya lulusan akademi militer tahun 1965," katanya.
Soeyono, yang jago menggambar, tahu betul merancang sampul yang memikat. Di situ cuma dipasang gambar kecil tapi unik, foto dirinya sedang duduk di teras di Mabes TNI Cilangkap dengan kaki dibalut perban. Orang segera tahu, saat itulah hari-hari terakhir Soeyono sebagai Kepala Staf Umum ABRI. Tak lama setelah peristiwa 27 Juli 1996, dia langsung dicopot dari jabatannya.
Apa yang sebetulnya terjadi? Dengan blak-blakan dia membeberkannya dalam bu-kunya. Sejumlah figur pun dikritiknya. Itu sebabnya, konon banyak bekas petinggi militer yang panas lalu memborong biografi tersebut. Toh, dia tak risau. "Tak ada gunanya memborong buku untuk membendung informasi," ujar Soeyono.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini