Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Sulit melupakan aceh

Dr. arie johannes plekaar, 67, berkunjung ke universitas syah kuala, aceh. adalah orang kedua setelah snouck hurgronje yang memperhatikan adat-istiadat aceh. pernah menjadi asisten residen di aceh.

8 Oktober 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGI Dr. Arie Johannes Plekaar, melihat Aceh bagaikan orang pulang kampung. Dia ini orang Belanda. Jabatannya sekarang: Ketua Lembaga Kerajaan untuk Bahasa & Pengetahuan Bangsa-Bangsa di negerinya. Plekaar juga duduk sebagai anggota Dewan Nasional yang bertugas luar biasa untuk masalah tertentu (di luar dari tenaga departemen yang ada). September kemarin, ketika Universitas Syiah Kuala berhari jadi yang ke-16, Plekaar dan isteri dan Prof. A.A. Teeuw diundang ke sana. Kesempatan ini tentu saja tidak dilewatkan begitu saja, karena mengandung nostalgia. Plekaar bahkan berpidato dalam bahasa Indonesia yang masih lancar dan penuh dengan petatah-petitih Aceh. Judul ulasannya: Pengetahuan dan Masyarakat, (aslinya bahasa Belanda dan diterjemahkan oleh Dr. Iskandar). Setelah Snouck Hurgronje Plekaar adalah orang Belanda yang banyak menaruh perhatian tentang adat istiadat dan seluk beluk kehidupan orang Aceh. Biarpun dia pernah jadi kontrolir dan aspiran kontrolir di Langsa dan kemudian jadi Sekretaris pada Asisten Residen Aceh dan daerah takluknya Kutaraja. Tahun 1942, dia tidak sempat menyelamatkan diri ketika Jepang mendarat. Dia lalu diinternir di Lawe Sigalagala, Aceh Tenggara. Untung nyawanya tak sampai hilang bahkan dia sempat membuat sebuah buku selama internirannya dengan judul Aceh, en Oorlog met Japan. Seperginya Jepang. Plekaar duduk sebagai Komisariat Tinggi Belanda di Indonesia dan berkedudukan di Jakarta, sampai 1949. Sarjana Hukum yang kini usianya telah 67 tahun, menikah dengan Annie Mary van der As, anak angkat Gubernur Belanda terakhir di Aceh, van Akken. "Bagi kami sangat sulit untuk melupakan Aceh," kata Plekaar. "Di sinilalI nyonya Plekaar dibesarkan," kata gubernur Muzakkir Walad, ketika mengajak tamu itu memasuki kembali rumah gubernuran. Plekaar berniat untuk meninjau pelosok-pelosok Aceh, setelah acara di Syiah Kuala usai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus