SRI Sultan Hamengku Buwono X termasuk orang yang laris berbicara dalam seminar. "Dalam bulan ini saja, saya sudah berbicara dalam lima seminar," ujar Raja Yogya itu. Dan Ahad lalu, ia diundang ke seminar berbicara soal seks. Ha, soal seks? "Ora opo-opo," katanya dengan kalem. Seminar itu berlangsung di Hotel Borobudur, Jakarta, dengan tema "Proyeksi Masalah Seksual Memasuki Abad ke-21". Sultan mengakui, kini tak ada lagi pembicaraan seks secara sembunyi-sembunyi. "Dunia sudah berubah. Situasi sudah berbeda," katanya memberi alasan kepada wartawati TEMPO Sugrahetty Dyan. Di seminar ini, Sultan berbicara soal seks di lingkungan keraton, yang selama ini mungkin masih samar-samar sampai ke telinga "rakyat biasa" dan sering dikategorikan sebagai rahasia. "Saya tidak bicara teknik, tapi materi yang ada hubungannya dengan masalah itu," katanya. Materi tersebut adalah nilai-nilai seks dalam budaya Jawa. Lalu apa, sih, nilai yang rahasia itu? "Dulu wanita hanya dianggap sebagai obyek seks semata," ujarnya. Artinya, karena fungsinya sebagai obyek, wanita bisa tak dinikahi, "tapi anaknya diakui, disekolahkan, dan dibiayai hidupnya." Dan wanita itu pasrah. Sekarang lain. "Wanita malah bisa ninggal mlayu (meninggalkan pergi)," ujar bapak lima putri itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini