Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk menghayati sebuah peran, Surya Saputra, 29 tahun, tak ingin setengah-setengah. Begitu mendapat peran sebagai tokoh teroris untuk film terbaru Nia Di Nata, Surya, yang mesti tampil berewokan, ber-usaha keras memanjangkan jambangnya. Selama satu setengah bulan ia tak bercukur kumis dan jambang. Dampaknya, setiap bangun tidur, ia kaget sendiri. ”Saya merasa se-per-ti ada bulu ketiak yang menempel di pi-pi. Kepingin garuk-garuk te-rus,” Surya tertawa cekikikan.
Selain berewokan, ia mes-ti menggemukkan ba-dan. Nah, untuk soal ini, Surya menjalani-nya dengan se-nang. ”Aku ma-kan co-kelat dan es krim -banyakbanyak,” ucapnya. Repotnya adalah, keti-ka pengambil-an gambar selesai, ia mesti berla-tih keras wu-shu untuk me-nurun-kan berat badan.
Sebe-tul-nya, pada- sa-at ber-sama-an, Surya mendapat tawaran peran menjadi penderita leukemia berambut botak dan bertubuh kurus di sebuah sinetron. Tentu saja ia tak bisa bertubuh gemuk dan kurus sekaligus. Tawaran itu ditolak.
Siapa nama tokoh teroris berewokan itu? Surya tak mau buka rahasia. Ia cuma menyebut tokoh itu brilian, dita-han di kamp Guantanamo, dan terlibat- dalam penge-boman di Bali. Ini sih gampang ditebak: Hambali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo