Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Tertimpa nasib malang

Nasib malang menimpa sri mangkunagoro viii ketika pembukaan muktamar muhammadiyah di solo. ia dilarang masuk oleh petugas karena sudah penuh. pulang nyapun naik becak karena sopirnya menghilang. (pt)

14 Desember 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANG Nomor 1 Mangkunegaran, Sri Mangkunagoro VIII, bernasib malang di hari pembukaan Muktamar Muhammadiyah di Solo, Sabtu siang lalu. Ini berawal dari terlambatnya Mangkunagoro tiba di pintu VIP Stadion Sriwedari, sementara Presiden Soeharto yang akan membuka muktamar sudah ada di dalam. "Sudah penuh, tak bisa masuk lagi," cegah seorang petugas keamanan berjaket merah. "Saya kaget, sungguh kaget," cerita Mangkunagoro, yang meminjamkan kompleks Mangkunegaran untuk muktamar. Lantas ia menunjukkan kartu undangan, dengan maksud agar petugas tadi membaca namanya. "Saya memang tak mau ngotot. Dan saya juga tidak mengucapkan 'saya ini Mangkunagoro', saya hanya mempersilakan petugas membaca nama yang ditulis di undangan itu. Ternyata, petugas enggan membacanya," ujar Mangkunagoro kepada wartawan TEMPO Kastoyo Ramelan. Karena ditolak terus, Mangkunagoro menunggu beberapa saat di bawah pohon cemara. Ia berharap ada pejabat Kota Madya Solo melihatnya. "Saya ingin sekali masuk. Saya malu pada Presiden, dikiranya saya enggan hadir. Tapi, tetap sia-sia," kata Mangkunagoro. Sudah capek menunggu, dan tak seorang pun pejabat Kota Madya yang terlihat batang hidungnya, maka Mangkunagoro memutuskan untuk pulang saja. "Udaranya panas, saya takut jantung saya terganggu," katanya. Dibalut jas batik seragam panitia muktamar, raja ini mendapat kemalangan lain. Di antara berjubelnya orang, raja ini tak menemukan sopirnya. "Saya putuskan, saya pulang ke Istana naik becak," ceritanya. Buntutnya, giliran tukang becak yang kaget, ketika becak diperintahkan masuk Istana Mangkunegaran. Tukang becak hanya bisa melongo, ketika sadar bahwa ia baru saja membawa orang penting. Mangkunagoro menolak menjelaskan, ongkos yang dikeluarkannya untuk becak itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus