SUDAH empat tahun Luluk Purwanto bermukim di Belanda, mengikuti suaminya, Rene van Helsdingen. Selama itu pemain biola ini terus ngamen. "Saya baru saja pulang dari keliling Denmark dan Swedia. Lalu bergabung dengan Bhaskara Band ikut North Sea Jazz Festival. Pokoknya, terus ngumpulin duit," kata Luluk Senin pekan lalu di Bandara Schiphol, Amsterdam, saat melepas rom- bongan Bhaskara. Pemusik kelahiran Yogya ini punya grup ngamen yang diberi nama Luluk Purwanto & The Helsdingen Trio. Kalau tak ada tur, mereka bermain di pub, yang bertebaran di Belanda. "Malah pada pasar malam di Den Haag baru-baru ini saya diminta mengiringi lagu keroncong," kata Luluk. Pokoknya, duit masuk. Ternyata, ada maksud lain mengumpulkan duit itu. Luluk punya cita-cita sederhana, yakni pulang ke kampungnya di Yogya dan membuat pondok musik. Tanah sudah tersedia di Pulowatu, Desa Pakem, dekat daerah wisata Kaliurang. "Ilmu saya harus saya kembalikan ke Indonesia," katanya, antara serius dan bercanda. Helsdingen mendukung cita-cita istrinya. Pianis ini sekarang giat belajar bahasa Indonesia, yang diakuinya sangat sulit. Suatu kali Luluk mengaku terpingkal-pingkal ketika Helsdingen mengeluh masuk anjing, maksudnya masuk angin. Luluk memijit suaminya sambil bertanya apanya yang sakit. "Kucing, kucing," jawab Helsdingen. Luluk kaget. Ketika Helsdingen menunjuk kepalanya, Luluk pun tahu apa yang dimaksud: pusing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini