Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KEPALA Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf punya misi khusus dalam setiap kunjungan kerjanya: mengajak para pejabat negara dan daerah ngopi. Syaratnya, harus kopi Indonesia dan digiling, bukan kopi dalam kemasan saset. "Kopi itu digiling, bukan digunting," ucapnya di kantor Tempo, Jakarta, Selasa dua pekan lalu.
Triawan, 58 tahun, mengatakan masyarakat Indonesia perlu diedukasi soal kopi. Sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di dunia, kebanyakan orang kita malah mengkonsumsi kopi instan- yang menurut dia berisi campuran berbagai bahan dan hanya mengandung secuil kopi.
Dakwah kahwa ini susah-susah gampang. Sebagai contoh, kata dia, Presiden Joko Widodo sejak dulu menjadi pencinta kopi hitam tubruk sehingga mudah bagi Triawan menyuguhkan kopi giling. Namun masih banyak pejabat yang buta soal kopi. Saat mengunjungi Palembang bulan lalu, Triawan mengatakan Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin sampai menegur sekretaris daerahnya karena selama ini dia selalu disuguhi kopi instan. "Padahal Kabupaten Lahat merupakan salah satu sentra kopi utama di Sumatera," ujar Triawan.
Dia mengatakan kopi-kopi terbaik Indonesia selalu habis diserap pasar internasional. Sisanya baru untuk domestik. Seiring dengan menggeliatnya budaya ngopi, Triawan melanjutkan, pasokan kerap tidak mencukupi kebutuhan dalam negeri. "Untuk itu, saya ingin menyetop ekspor kopi. Supaya demand domestik tercukupi," katanya.
Triawan, pemegang sertifikat barista, gemar menyeruput kopi giling sejak 1990-an. Mantan rocker asal Bandung itu menempatkan Arabika Lintong asal Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, sebagai kopi favoritnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo